Operasi Jantung

Anticoagulant

Anticoagulant

Normalnya darah memiliki kemampuan untuk membeku. Pembekuan darah ini dilakukan otomatis untuk menghentikan perdarahan pada luka. Namun pembekuan darah juga bisa terjadi secara abnormal dan mengganggu fungsi-fungsi tubuh, misalnya menyumbat pembuluh darah atau muncul di organ lain. Untuk menangani kondisi ini, diberikan obat antipembekuan darah atau anticoagulant.

Berikut informasi lengkap mengenai obat anticoagulant.

Apa Itu Anticoagulant?

Normalnya darah memiliki kemampuan hemostasis atau pembentukan gumpalan. Hemostasis terbagi menjadi 4 fase.

Fase pertama adalah respons cedera dengan pembentukan sumbatan oleh trombosit, fase kedua aktivasi proenzim yang memastikan aliran darah tidak melewati area cedera, fase ketiga adalah luruhnya gumpalan agar darah tetap bisa mengalir, dan terakhir fase ke empat di mana zat fibrin mengelilingi sumbatan trombosit, sekaligus proses penyembuhan luka.

Anticoagulant adalah sekelompok obat-obatan yang mengurangi kemampuan pembekuan darah. Obat ini akan memicu tubuh meluruhkan gumpalan darah yang telah ada atau mencegah penggumpalan baru.

Anticoagulant memiliki berbagai bentuk, seperti injeksi, obat infus, dan obat-obatan yang dikonsumsi secara oral. Seringkali antigoagulant diberikan untuk menangani kondisi-kondisi yang mengancam nyawa, seperti stroke, serangan jantung, dan emboli paru.

Jenis-jenis Anticoagulant

Jenis anticoagulant yang paling banyak diresepkan adalah warfarin. Selain itu ada beberapa jenis obat antikoagulasi, yaitu:

  • Rivaroxaban (Xarelto)
  • Dabigatran (Praxada)
  • Apixaban (Eliquis)
  • Edoxaban (Lixiana)

Warfarin dan jenis-jenis alternatif anticoagulant terbaru biasanya berbentuk tablet. Ada pula jenis anticoagulant yang bisa diberikan dalam bentuk injeksi, yaitu heparin.

Siapa yang Membutuhkan Anticoagulant?

Anticoagulant dibutuhkan oleh orang-orang yang berisiko mengalami penggumpalan darah atau telah mengalami kondisi tersebut. Ketika pembekuan darah terjadi secara abnormal dan gumpalan darah tersebut terus bergerak di dalam pembuluh darah, berisiko terjadi masalah kesehatan serius.

Gumpalan darah terlalu besar bisa menyumbat pembuluh yang lebih sempit. Jika pembuluh ini terletak di lokasi vital, bisa terjadi penyumbatan yang memicu organ-organ penting kekurangan asupan darah*.

Sumbatan akibat penggumpalan darah bisa menyebabkan masalah-masalah kesehatan serius seperti:

  • Stroke, gumpalan darah sangat berbahaya jika mencapai otak. Gumpalan ini sangat mudah menyumbat pembuluh-pembuluh darah berukuran kecil pada otak
  • Emboli paru, kondisi ini terjadi ketika gumpalan darah terjebak dan menyumbat pembuluh darah arteri di paru-paru. Jika sumbatan ini sangat parah, emboli paru bisa mengancam nyawa
  • Serangan jantung (infark miokard), serangan jantung terjadi saat arteri yang berfungsi sebagai saluran suplai darah tersumbat oleh gumpalan darah. Serangan jantung juga bisa mengancam nyawa
  • Pengguna katup jantung buatan, obat antipembekuan darah yang berinteraksi dengan vitamin K diberikan pada pasien dengan katup jantung buatan*
  • Aneurisma bilik kiri jantung, komplikasi dari serangan jantung, timbulnya tonjolan pada bilik jantung*
  • Tromboemboli vena, pembentukan gumpalan darah pada pembuluh darah vena. Anticoagulant juga diberikan untuk pencegahan kondisi ini*

Anticoagulant bisa melindungi orang-orang dengan kondisi atau penyakit yang bisa menyebabkan terjadinya gangguan terkait penggumpalan darah tersebut.

Maka pasien-pasien dengan kondisi ini biasanya diresepkan anticoagulant:

  • Fibrilasi atrial, kondisi di mana terjadi detak jantung yang tidak normal. Pada kondisi ini, darah bisa menumpuk di kamar atas jantung akibat detak jantung terlalu cepat dan tidak efektif memompa darah. Penumpukan darah ini bisa menyebabkan penggumpalan dan meningkatkan risiko stroke
  • Penggantian atau operasi saluran jantung, beberapa jenis penggantian saluran jantung bisa meningkatkan risiko timbulnya penggumpalan darah
  • Operasi penggantian lutut atau panggul, operasi penggantian sendi bisa meningkatkan risiko terjadinya penggumpalan darah di pembuluh-pembuluhh yang terletak pada kaki. Kondisi ini bisa memicu emboli paru
  • Kelainan pembekuan darah, ada beberapa kondisi medis yang menyebabkan kelainan pada kemampuan pembekuan darah. Kelainan-kelainan ini bisa dipicu faktor genetik.

Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Menggunakan Anticoagulant

Anticoagulant tidak dianjurkan diberikan pada pasien dengan kondisi:

  • Perdarahan aktif
  • Gangguan perdarahan atau koagulopati
  • Baru menjalani operasi besar
  • Perdarahan akut di dalam tengkorak
  • Trauma berat

Jika Anda diresepkan anticoagulant, penggunaannya harus selalu mengikuti aturan dari dokter. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti:

1. Menjalani Operasi

Pada pasien yang perlu mengonsumsi anticoagulant tetapi harus menjalani operasi atau prosedur-prosedur invasif lainnya, harus memberitahukan dokter mengenai obat yang dikonsumsi. Prosedur ini termasuk endoskopi, sistoskopi, serta prosedur pada gigi dan mulut.

Obat antikoagulasi mengurangi kemampuan pembekuan darah, maka menjalani prosedur invasif meningkatkan risiko terjadinya perdarahan lebih parah. Kemungkinan dokter akan menganjurkan pasien menghentikan lebih dulu konsumsi anticoagulant sebelum prosedur invasif dilakukan.

2. Kehamilan

Penggunaan obat ini pada kehamilan harus sangat diperhatikan. Ibu hamil memiliki risiko 5 kali lipat mengalami penggumpalan darah pada pembuluh darah vena dengan peningkatan hingga 20 kali lipat saat masa nifas.

Anticoagulant jenis warfarin biasanya tidak dianjurkan dikonsumsi ibu hamil karena dapat mempengaruhi kondisi janin. Risiko yang dapat timbul seperti cacat lahir atau perdarahan hebat dari plasenta dan janin.

Obat antikoagulasi mungkin bisa dikonsumsi pada trimester kedua kehamilan. Namun obat ini tidak boleh diberikan pada trimester pertama dan ketiga.

Sebaiknya hindari kehamilan jika masih perlu mengonsumsi anticoagulant. Namun jika terjadi kehamilan pada saat proses pengobatan, segera hubungi dokter untuk menghentikan obat atau mengubah dosis.

3. Menyusui

Anticoagulant seperti warfarin dan heparin aman diberikan saat menyusui, tetapi sebaiknya dikonsultasikan lebih dulu pada bidan atau dokter.

Jenis obat antikoagulasi yang tidak bisa diberikan pada ibu menyusui adalah Apixaban, Dabigatran, Edoxaban, dan Rivaroxaban. Obat-obatan ini belum memiliki dukungan studi yang membuktikan jika mereka aman dikonsumsi saat menyusui.

4. Menghindari Cedera

Mengonsumsi anticoagulant menyebabkan pasien lebih rentan mengalami perdarahan jika terjadi cedera. Maka usahakan untuk menghindari cedera minor serta tergores.

Pasien harus lebih berhati-hati saat menggosok gigi, mencukur, menghindari gigitan serangga, serta mencegah terjadinya insiden saat menggunakan benda-benda tajam atau ketika berolahraga.

5. Reaksi dengan Obat-obatan Lain

Pasien yang mengonsumsi anticoagulant harus menginformasikan pada dokter sebelum menerima atau mengonsumsi resep obat maupun suplemen lainnya. Hal ini karena anticoagulant bisa bereaksi dengan jenis obat, suplemen, atau bahan herbal.

Beberapa jenis obat yang bisa mempengaruhi efektivitas anticoagulant jika dikonsumsi berbarengan yaitu:

  • Antibiotik
  • Antidepresan
  • Obat-obatan untuk meredakan inflamasi (steroid)
  • Obat-obata untuk epilepsi
  • Obat antiinflamasi nonsteroidal (OAINS), seperti ibuprofen.

6. Makanan dan Minuman

Penting untuk menerapkan pola makan sehat dan seimbang yang terdiri dari banyak buah serta sayuran jika pasien mengonsumsi anticoagulant. Namun perlu diperhatikan jumlah sayur-sayuran hijau atau makanan yang tinggi kandungan vitamin K, karena bisa mempengaruhi kinerja anticoagulant jenis warfarin.

Konsumsi alkohol pun perlu diperhatikan selama masih menjalani terapi pengobatan dengan anticoagulant jenis warfarin. Alkohol bisa mempengaruhi efektivitas warfarin.

Konsultasikan lebih detail tentang pola makan selama mengonsumsi warfarin dengan dokter atau tenaga kesehatan medis profesional yang menangani Anda.

Aturan Penggunaan Anticoagulant

Anticoagulant adalah obat yang diberikan dan dikonsumsi berdasarkan resep dokter. Maka cara menggunakannya akan dijelaskan oleh dokter atau suster yang menangani Anda, termasuk dosis serta kapan anticoagulant perlu diminum.

Kebanyakan obat ini dikonsumsi dalam bentuk tablet atau kapsul dengan dosis 1 – 2 kali sehari, dianjurkan dikonsumsi bersama dengan air atau makanan.

Berapa lama pasien perlu mengonsumsi anticoagulant berbeda-beda pada setiap individu, tergantung kondisi penyebabnya. Banyak pasien harus mengonsumsi obat ini seumur hidup.

Cara Kerja Anticoagulant

Normalnya tubuh memiliki kemampuan untuk membekukan dan mencegah terjadinya pembekuan darah. Jika darah tidak bisa membeku dengan cepat, cedera atau luka bisa menyebabkan perdarahan parah. Namun jika darah terlalu cepat membeku, bisa terjadi penggumpalan darah yang membahayakan.

Ada komponen dalam darah yang bekerja untuk menjaga proses pembekuan darah berjalan sesuai situasi. Jika proses ini berjalan dengan baik, maka pembekuan darah sangat membantu dalam menjaga kondisi tubuh, melindungi luka dari terjadinya infeksi.

Anticoagulant bekerja dengan mengintervensi proses pembekuan darah. Obat ini mencegah atau membatalkan pembekuan darah. Tergantung jenisnya, anticoagulant menghambat pembekuan darah dengan berbagai proses.

Efek Samping Anticoagulant

Mengonsumsi anticoagulant memiliki efek samping seperti pasien lebih mudah mengalami perdarahan. Hal ini bisa menimbulkan kondisi seperti*:

  • Urine dan feses berdarah, feses bisa berwarna kehitaman
  • Memar parah
  • Mimisan yang lebih lama
  • Gusi berdarah
  • Muntah atau batuk berdarah
  • Perdarahan haid yang lebih deras
  • Dispepsia
  • Napas pendek, sesak napas
  • Pusing dan sakit kepala
  • Nyeri perut
  • Gejala-gejala seperti gastritis.

Anda dapat menghubungi OperasiJantung.id di nomor Whatsapp 0877-8777-8614 untuk konsultasi gratis mengenai penggunaan anticoagulant. Dapatkan konsultasi dengan tenaga medis ahli dan profesional dari rumah Anda.

SUMBER:

  1. Anticoagulant medicines. https://www.nhs.uk/conditions/anticoagulants/ diakses 18 Februari 2023
  2. Anticoagulants (Blood Thinners): What They Do, Types and Side Effects. https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/22288-anticoagulants diakses 18 Februari 2023
  3. Anticoagulation. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560651/ diakses 31 Maret 2023
  4. Anticoagulants: A Review of the Pharmacology, Dosing, and Complications. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3654192/ diakses 31 Maret 2023

(Artikel ini telah direview oleh dr. Keyvan Fermitaliansyah , Care Pro dan Dokter Umum di Kavacare)

× Hubungi Via WhatsApp