Operasi Jantung

Penyakit

Penyakit Jantung Bawaan

Penyakit Jantung Bawaan

Tentang Penyakit Jantung Bawaan

Penyakit jantung bawaan (PJB), atau biasa disebut juga dengan penyakit jantung kongenital, merupakan kondisi di mana terdapat satu atau lebih masalah struktur jantung yang dibawa seseorang sejak lahir. Kebanyakan orang dengan penyakit ini membutuhkan perawatan medis permanen selama masa hidupnya.

Jenis-Jenis

Ada banyak sekali macam penyakit ini. Namun, jenis-jenis utama yang sering terjadi, adalah:

  • Masalah pada ‘dinding’ jantung, seperti atrial septal defect, complete and partial atrioventricular septal defect, large ventricular septal defect, pulmonary atresia with intact ventricular septum, pulmonary atresia with ventricular septal defect. 
  • Cacat katup jantung, misalnya aortic stenosis, double inlet ventricle, pulmonary stenosis, tricuspid atresia. 
  • Cacat pada pembuluh darah besar, contohnya coarctation of aorta, common arterial trunk, d-transposition of the great arteries.

Penyebab dan Faktor Risiko

Penyebab terjadinya penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa hal yang menjadi faktor yang meningkatkan risiko bayi terkena penyakit jantung bawaan, antara lain:

  • Kondisi genetik. Bayi dengan sindrom Down memiliki kemungkinan mengalami cacat pada jantung ketika lahir, atau memiliki keluarga dengan riwayat masalah jantung.
  • Ibu bayi mengalami infeksi tertentu ketika hamil, misalnya rubella (campak Jerman).
  • Ibu bayi sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu selama hamil, seperti statin atau beberapa obat jerawat (isotretinoin dan obat yang mengandung valproate).
  • Ibu bayi merokok atau mengonsumsi alkohol pada saat hamil.
  • Ibu bayi sedang menderita diabetes.

Pencegahan

Ada beberapa langkah yang bisa diambil ibu hamil untuk mencegah terjadinya cacat jantung pada bayi, seperti:

  • Melakukan pemeriksaan dan perawatan rutin sebelum kehamilan.
  • Mengonsumsi multivitamin dengan kandungan folic acid.
  • Tidak merokok dan mengonsumsi alkohol.
  • Vaksinasi rubella.
  • Mengontrol kadar gula dalam darah.
  • Berkonsultasi dengan dokter bila memiliki kondisi kesehatan kronis.
  • Hindari senyawa berbahaya seperti yang terdapat produk berbau menyengat, misalnya larutan pembersih, bahan pengencer cat, atau pembersih kutek kuku.
  • Konsultasikan dengan dokter obat apa pun yang sedang dan akan dikonsumsi, termasuk obat tanpa resep.

Tanda-Tanda Penyakit Jantung Bawaan

Orang dewasa yang memiliki PJB, mungkin tidak menyadari dan merasakan adanya gejala apa pun. Bila ada, gejala yang muncul, seperti:

  • Sesak napas.
  • Bermasalah dalam berolahraga dan beraktivitas.

Sedangkan tanda-tanda PJB yang tampak pada bayi dan anak-anak, antara lain:

  • Kulit, kuku, dan bibir berwarna kebiruan (sianosis, kondisi kekurangan oksigen dalam darah).
  • Bernapas dengan cepat dan nafsu makan yang buruk.
  • Pertambahan berat badan yang buruk.
  • Pembengkakan pada kaki, perut, atau area sekitar mata.
  • Infeksi paru-paru.
  • Tidak dapat berolahraga dan mudah lelah saat beraktivitas.

Diagnosis Penyakit Jantung Bawaan

Sebelum Kelahiran

Dokter mungkin dapat menemukan beberapa masalah pada janin selama kehamilan, dengan cara:

  • Ekokardiogram janin, yaitu pengambilan gambar bergerak jantung dengan menggunakan ultrasonografi.
  • Pemeriksaan gen, dengan cara mengambil sedikit sampel darah ibu sebelum dan selama kehamilan.

Pada Anak-anak dan Dewasa

Bila terdapat gejala yang ditemukan pada anak-anak atau orang dewasa, dokter akan mendengarkan detak jantung dengan stetoskop untuk memeriksa apakah ada suara yang tidak biasa atau murmur jantung. Selanjutnya dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan, dengan menggunakan:

  • Oximeter, untuk mengetahui kadar oksigen dalam darah pada bayi yang baru lahir menggunakan sensor jari.
  • Ekokardiogram, yaitu penggunaan ultrasonografi untuk menangkap gambar jantung.
  • Elektrokardiogram (EKG/ECG), yaitu pemeriksaan aktivitas elektrik jantung.
  • Pemeriksaan sinar-X pada dada, untuk menemukan anomali pada dan tanda kegagalan jantung.
  • MRI dan CT scan, tes pencitraan untuk melihat keadaan jantung lebih detail.
  • Kateterisasi jantung, untuk melihat kondisi di dalam jantung setelah ditemukan adanya cacat pada jantung anak.

Pengobatan Penyakit Jantung Bawaan

Beberapa langkah penanganan untuk penderita PJB, antara lain:

  • Pemberian obat-obatan, misalnya angiotensin-2 receptor blocker (ARBs) dan ACE inhibitor, beta blocker, diuretik.
  • Kateterisasi jantung, yaitu penggunaan pipa kecil yang dimasukkan melalui pembuluh darah menuju jantung untuk memperbaiki cacat sederhana, seperti lubang kecil pada dinding jantung.
  • Pembedahan jantung, yang mungkin diperlukan untuk memperbaiki cacat pada jantung dan pembuluh darah, memperbaiki atau mengganti katup jantung, memasang alat untuk membantu memompa darah, hingga transplantasi jantung.

Pertanyaan Seputar Penyakit Jantung Bawaan

Seberapa Seriuskah Penyakit Jantung Bawaan?

Beberapa tipe PJB bisa bersifat ringan. Namun, PJB yang kompleks dapat menyebabkan komplikasi yang membahayakan nyawa. Meskipun begitu, diagnosis dan penanganan dini dapat membantu pasien untuk bertahan hidup lebih lama. 

Beberapa kecacatan jantung tidak memerlukan penanganan apa pun. Pada beberapa orang lain, penanganan bisa berupa beberapa kali operasi atau prosedur. Di kasus lain, mungkin hanya perlu satu kali proses pembedahan. Beberapa orang ada yang perlu terus mengonsumsi obat sepanjang hidupnya. Selain itu, mereka juga harus melakukan pemeriksaan rutin ke kardiolog.

Kapan Saya Harus Menemui Dokter?

Bila Anda menemukan gejala yang dirasa mengkhawatirkan, seperti nyeri dada atau sesak napas, segera hubungi dokter untuk mendapatkan bantuan. Bila Anda pernah didiagnosis dan ditangani sebagai penderita PJB sebelumnya, buat janji dengan dokter untuk segera berkonsultasi.

Apabila Anda perlu berkonsultasi tentang penanganan atau perawatan penyakit jantung bawaan di rumah, Anda dapat menghubungi OperasiJantung.id di nomor Whatsapp 0877-8777-8614.

Sumber:

  1. Congenital Heart Disease: Symptoms, Causes, Diagnosis, Treatment. https://www.webmd.com/heart-disease/guide/congenital-heart-disease. Diakses pada 18 September 2022.
  2. Congenital Heart Defects | MedlinePlus. https://medlineplus.gov/congenitalheartdefects.html. Diakses pada 18 September 2022.
  3. Congenital heart disease in adults – Symptoms and causes – Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/adult-congenital-heart-disease/symptoms-causes/syc-20355456. Diakses pada 18 September 2022.
  4. Congenital heart disease – NHS. https://www.nhs.uk/conditions/congenital-heart-disease/. Diakses pada 18 September 2022.
  5. Congenital heart defects in children – Symptoms and causes – Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/congenital-heart-defects-children/symptoms-causes/syc-20350074. Diakses pada 18 September 2022.
  6. Understanding your congenital condition | BHF. https://www.bhf.org.uk/informationsupport/conditions/understanding-your-congenital-heart-condition. Diakses pada 18 September 2022.

(Artikel ini telah direview oleh dr. Eddy Wiria, PhD., Co-Founder & CEO Kavacare)

Serangan Jantung NSTEMI

Serangan Jantung NSTEMI

Tentang Serangan Jantung NSTEMI

Serangan jantung NSTEMI (non-ST-elevation myocardial infarction) merupakan salah satu jenis serangan yang terjadi ketika salah satu bagian jantung tidak mendapatkan oksigen yang cukup. Kondisi ini dinamakan NSTEMI karena tidak menimbulkan perubahan kentara yang spesifik pada aktivitas elektrik jantung dan memiliki gejala yang hampir serupa dengan unstable angina. 

Penyebab

Kondisi ini dapat terjadi karena penyebab langsung dan tidak langsung. Berikut ini merupakan daftar yang menjadi penyebab terjadinya penyakit jantung NSTEMI.

1. Penyebab Langsung

Beberapa kondisi dapat menyebabkan berkurangnya pasokan darah untuk jantung secara langsung, seperti:

  • Plak, yaitu zat yang menyerupai lilin yang terbuat dari kolesterol di dalam darah.
  • Vasospasme, yaitu kontraksi dinding pembuluh darah arteri secara tiba-tiba.
  • Emboli koroner, yaitu penyumbatan pembuluh darah arteri pada jantung oleh gumpalan darah yang menghentikan aliran darah sebagian atau sepenuhnya.

2. Penyebab Tidak Langsung

Beberapa hal dapat mengganggu kemampuan tubuh untuk menyuplai darah menuju jantung dan dapat mengakibatkan terjadinya NSTEMI, misalnya:

  • Tekanan darah tinggi.
  • Takikardia, yaitu detak jantung yang sangat cepat.
  • Stenosis aorta, yaitu penyempitan katup aorta di mana darah keluar dari jantung.
  • Emboli paru, penyumbatan pembuluh darah arteri di paru-paru oleh gumpalan darah.

3. Cedera atau Trauma pada Jantung

Penyebab NSTEMI terkait cedera, meliputi:

  • Miokarditis, yaitu peradangan otot jantung.
  • Senyawa beracun, yang biasanya dibawa oleh beberapa zat tertentu dan memiliki efek beracun yang dapat merusak otot jantung.
  • Memar jantung, yang jarang sekali terjadi, biasanya disebabkan oleh cedera serius seperti yang didapatkan dari kecelakaan mobil.

Faktor Risiko

Selain itu, ada pula faktor risiko seseorang mengalami penyakit jantung NSTEMI, seperti:

  • Berjenis kelamin laki-laki
  • Kelebihan berat badan/obesitas.
  • Menderita diabetes.
  • Memiliki kebiasaan merokok.
  • Memiliki kadar kolesterol yang tinggi.
  • Diet yang tidak sehat.
  • Riwayat penyakit jantung, nyeri dada, atau stroke pada keluarga.
  • Tidak aktif bergerak.
  • Infeksi COVID-19.
  • Memiliki riwayat preeklamsia, tekanan darah tinggi, atau diabetes saat hamil.

Pencegahan

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit jantung NSTEMI, antara lain:

  • Menjaga berat badan yang ideal.
  • Menerapkan diet yang sehat untuk jantung, misalnya diet Mediterania, yang terdiri dari buah, sayur, gandum utuh, kacang-kacangan, dan lemak yang baik untuk jantung.
  • Aktif beraktivitas, paling tidak berolahraga dengan intensitas sedang 150 menit per minggu.
  • Mengelola kondisi kesehatan yang ada, dengan rutin mengonsumsi obat yang diresepkan bila memiliki penyakit tertentu.
  • Berhenti merokok.

Tanda-Tanda Serangan Jantung NSTEMI

Karena NSTEMI merupakan jenis serangan jantung, tanda-tanda yang ditunjukkan sama dengan seseorang yang mengalami serangan jantung, seperti:

  • Nyeri dada (angina pektoris) yang tajam.
  • Sesak napas.
  • Mual, perasaan tidak nyaman atau nyeri pada perut (bisa terasa seperti gangguan pencernaan atau maag).
  • Rasa berdebar.
  • Pusing 
  • Pingsan.
  • Kelelahan.
  • Nyeri yang menyebar pada rahang, leher, bahu, lengan, punggung, atau perut.

Diagnosis Serangan Jantung NSTEMI

Serangan jantung, termasuk NSTEMI, didiagnosis terutama dengan 2 cara, yaitu*:

  • Pengukuran enzim jantung yang menunjukkan kadar zat penanda kerusakan jantung tertentu, misalnya troponin jantung.
  • Elektrokardiogram (EKG), yang mana terdapat tanda kerusakan jantung pada pemeriksaan darah, tetapi tidak ada elevasi ST yang tampak pada hasil pemeriksaan EKG.

Penanganan Serangan Jantung NSTEMI

Beberapa penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi NSTEMI, antara lain:

  • Pemberian obat-obatan, seperti aspirin atau antiplatelet lain, antikoagulan, angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitors, beta blockers, nitrogliserin, atau statin.
  • Percutaneous coronary intervention (PCI), yaitu prosedur memasukkan alat seperti kateter ke dalam pembuluh darah arteri untuk memasang semacam balon yang berguna untuk membersihkan penyumbatan.
  • Operasi bypass jantung, yaitu penggunaan pembuluh darah di area tubuh yang lain untuk dipasangkan pada jantung sebagai ‘jalan pintas’ pengganti pembuluh darah yang tersumbat.  

Pertanyaan Seputar Serangan Jantung NSTEMI

Seberapa Seriuskah NSTEMI?

Semua jenis serangan jantung, termasuk NSTEMI, merupakan kondisi darurat medis yang membahayakan nyawa dan memerlukan penanganan sesegera mungkin.

Kapan Saya Harus Menemui Dokter?

Bila Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami serangan jantung dengan gejala yang telah disebutkan di atas, segera hubungi ambulans. Menunda perawatan medis atas kondisi ini bisa sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kerusakan jantung permanen, bahkan kematian.

Apabila Anda perlu berkonsultasi tentang penanganan atau perawatan paska-serangan jantung NSTEMI, Anda dapat menghubungi OperasiJantung.id di nomor Whatsapp 0877-8777-8614.

Sumber:

  1. Non-ST Segment Elevation Myocardial Infarction: What Causes It and How It’s Treated. https://www.webmd.com/heart-disease/what-is-non-st-elevation-myocardial-infarction. Diakses pada 23 Oktober 2022.
  2. NSTEMI: Causes, Symptoms, Diagnosis, Treatment & Outlook. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22233-nstemi-heart-attack. Diakses pada 23 Oktober 2022.
  3. What is NSTEMI? What You NEED to Know – MyHeart. https://myheart.net/articles/nstemi/. Diakses pada 23 Oktober 2022.

(Artikel ini telah direview oleh dr. Albert Novianto, CarePro & Dokter Umum di Kavacare)

Aterosklerosis

Aterosklerosis

Tentang Aterosklerosis

Aterosklerosis adalah kondisi di mana terjadi penumpukan plak pada dinding pembuluh darah arteri. Plak merupakan zat bersifat lengket yang terbentuk dari lemak, kolesterol, kalsium dan senyawa-senyawa lain dalam aliran darah. Penumpukan plak ini kemudian mengakibatkan pembuluh darah arteri menebal dan menyempit. Plak ini pun bisa pecah dan menyebabkan adanya gumpalan darah yang dapat menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah yang dilalui. Pembuluh darah juga berkurang elastisitasnya, cenderung lebih keras, dan mudah pecah.

Jenis-Jenis

Meskipun aterosklerosis dianggap sebagai masalah jantung dan pembuluh darah, kondisi ini bisa terjadi pada arteri di bagian mana pun di dalam tubuh. Dilansir dari NIH, istilah-istilah yang digunakan berdasarkan letak pembuluh darah arteri yang mengalami kondisi ini*, antara lain:

  • Penyakit jantung koroner (coronary artery disease/CAD), bila penumpukan plak terjadi di arteri jantung.
  • Penyakit arteri perifer (peripheral artery disease/PAD), bila terjadi pada arteri di kaki, tapi bisa juga menumpuk di lengan atau panggul.
  • Penyakit arteri karotis (carotid artery disease), adalah kondisi penumpukan plak pada arteri di leher.
  • Stenosis arteri renalis (renal artery stenosis), merupakan bentuk sumbatan plak yang terjadi pada arteri yang menyuplai darah menuju ginjal.
  • Penyakit arteri vertebralis (vertebral artery disease), bila penumpukan plak terjadi pada arteri yang menyuplai darah ke bagian belakang otak.
  • Iskemia arteri mesenterika (mesenteric artery ischemia), adalah kondisi sumbatan yang terjadi pada arteri yang mengalirkan darah menuju usus.

Penyebab dan Faktor Risiko

Penumpukan plak pada pembuluh darah arteri bermula dari kerusakan dari arteri. Sel yang terlibat dalam proses peradangan bergerak menuju area arteri yang rusak dan menghasilkan sinyal kimia. Sinyal ini menyebabkan kolesterol dan sel buangan berkumpul ke dinding pembuluh darah arteri yang mengalami kerusakan. Kondisi ini menarik sel darah putih untuk memakan kolesterol tersebut dan menggumpal bersama, sehingga membentuk plak yang tertimbun di bawah dinding pembuluh darah.

Faktor yang meningkatkan risiko terjadinya kerusakan arteri yang kemudian berujung pada penumpukan plak ini, antara lain:

  • Berusia lanjut, pada pria di atas usia 45 tahun, sedangkan wanita di atas 55 tahun.
  • Riwayat penyakit jantung pada keluarga.
  • Pola makan yang tidak sehat, yang banyak mengonsumsi makanan tinggi lemak, garam, dan gula.
  • Menderita diabetes.
  • Memiliki tekanan darah tinggi.
  • Memiliki kadar kolesterol tinggi.
  • Memiliki kadar trigliserida tinggi.
  • Memiliki kadar CRP (C-reactive protein) tinggi, merupakan penanda peradangan.
  • Kurang berolahraga, karena meningkatkan risiko terjadinya tekanan darah tinggi dan tingginya kadar kolesterol dalam tubuh.
  • Kelebihan berat badan/obesitas, karena besar risikonya terjadi penumpukan plak dari lemak yang ditimbun oleh tubuh.
  • Mengalami apnea tidur, yaitu gangguan di mana pernapasan terhenti beberapa saat ketika tidur.
  • Memiliki kebiasaan merokok/kerap terpapar asap rokok.
  • Kebiasaan mengonsumsi  alkohol. 

Pencegahan

Dengan menerapkan kebiasaan hidup sehat, dapat mengurangi risiko terjadinya aterosklerosis karena penting untuk mengontrol kadar lemak dan kolesterol yang masuk ke dalam tubuh. Gaya hidup tersebut, antara lain:

  • Berhenti merokok.
  • Mengonsumsi makan-makanan yang sehat, seperti buah dan sayur-sayuran.
  • Mengurangi konsumsi alkohol.
  • Berolahraga secara rutin, paling tidak melakukan aerobik 150 menit seminggu, perbanyak jalan kaki dan naik turun tangga.
  • Menjaga berat badan yang ideal.
  • Rutin memeriksa dan menjaga tekanan darah yang sehat (100/60mmHg sampai 130/80mmHg).
  • Rutin memeriksa dan menjaga kadar kolesterol dan kadar gula dalam darah pada batas normal.

Gejala Aterosklerosis

Aterosklerosis seringnya tidak menunjukkan gejala sebelum pembuluh darah arteri sudah sangat sempit atau tersumbat seluruhnya. Banyak orang bahkan tidak sadar memiliki kondisi ini sampai terjadi kondisi darurat medis, seperti serangan jantung atau stroke. 

Gejala aterosklerosis sedang hingga parah bergantung pada pembuluh darah arteri mana yang mengalami kondisi ini, misalnya:

  • Bila terjadi di jantung, pasien mungkin akan merasakan nyeri atau seperti ditekan dan berat pada dada.
  • Bila terjadi pada arteri menuju otak, penderita mungkin akan mengalami kebas atau lemah pada lengan atau kaki, kesulitan bicara, buta sementara pada sebelah mata, atau otot terkulai pada wajah yang berhubungan dengan bagian otak yang menderita.
  • Bila terjadi di lengan dan kaki, pasien mungkin akan mengalami nyeri pada kaki saat berjalan atau menurunnya tekanan darah pada kaki yang terkena.
  • Bila terjadi pada arteri menuju ginjal, yang dirasakan mungkin adalah naiknya tekanan darah atau gagal ginjal.

Diagnosis Aterosklerosis

Untuk menentukan apakah seseorang berisiko tinggi dan mungkin menderita aterosklerosis serta komplikasinya atau tidak, diperlukan beberapa pemeriksaan, antara lain:

  • Wawancara singkat mengenai riwayat medis dan riwayat penyakit keluarga.
  • Pemeriksaan fisik.
  • Tes darah, untuk memeriksa kadar lemak, kolesterol, gula dan protein di dalam darah.
  • Angiografi, untuk menentukan lokasi penyumbatan dan mengukur area terdampak.
  • Ankle/brachial index (ABI), untuk membandingkan tekanan darah pada pergelangan kaki dengan lengan.
  • Elektrokardiogram, untuk mengukur aktivitas, detak, dan ritme jantung.
  • Scan koroner kalsium, untuk mencari penumpukan plak kalsium.
  • Tes treadmill, untuk mengukur fungsi jantung ketika beraktivitas/berjalan di atas treadmill.
  • Tes pencitraan yang lain, seperti penggunaan sinar-X, MRI, PET scan, atau CT scan.

Pengobatan Aterosklerosis

Penanganan untuk penyakit ini biasanya melibatkan perubahan gaya hidup seperti berhenti merokok, menerapkan pola makan yang sehat dan berolahraga lebih sering.

Selain itu, pengobatan dan prosedur tindakan masih bisa diperlukan, seperti:

  • Pemberian obat-obatan, seperti statin untuk memperlambat atau menghentikan laju penumpukan plak, atau aspirin untuk membantu mengencerkan darah agar tidak terjadi penggumpalan darah.
  • Angioplasti koroner, yaitu membuka pembuluh darah arteri yang tersumbat.
  • Operasi bypass jantung, yaitu pembuatan jalan pintas untuk aliran darah menggunakan saluran baru yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah.
  • Endarterektomi karotis, yaitu pengangkatan plak dari arteri di leher.
  • Rotational atherectomy, yaitu penggunaan alat seperti bor sangat kecil yang disebut rotablator, untuk menghancurkan tumpukan plak dengan bantuan kawat penuntun*.

Pertanyaan Seputar Aterosklerosis

Apakah Aterosklerosis Bisa Disembuhkan?

Jika Anda pernah mengalami penyumbatan pembuluh darah arteri sebelumnya, penyumbatan tersebut seringkali tidak dapat dibersihkan seluruhnya. Tetapi dengan pengobatan dan perubahan gaya hidup yang lebih sehat, Anda bisa memperlambat atau menghentikan pembentukan plak. 

Apabila Anda perlu berkonsultasi tentang penanganan atau perawatan aterosklerosis, Anda dapat menghubungi OperasiJantung.id di nomor Whatsapp 0877-8777-8614.

Sumber:

  1. Arteriosclerosis / atherosclerosis – Symptoms and causes – Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/arteriosclerosis-atherosclerosis/symptoms-causes/syc-20350569. Diakses pada 2 September 2022.
  2. Atherosclerosis: Causes, Symptoms, Risks & Tests. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/16753-atherosclerosis-arterial-disease. Diakses pada 2 September 2022.
  3. Atherosclerosis – Treatment | NHLBI, NIH. https://www.nhlbi.nih.gov/health/atherosclerosis/treatment. Diakses pada 2 September 2022.
  4. Atherosclerosis (arteriosclerosis) – NHS. https://www.nhs.uk/conditions/atherosclerosis/. Diakses pada 2 September 2022.
  5. Atherosclerosis: Symptoms, Causes, Diagnosis, and Treatment. https://www.webmd.com/heart-disease/what-is-atherosclerosis. Diakses pada 2 September 2022.
  6. Rotablator – Glendale Heart Institute | Cardiology | Best Cardiology Los Angeles. http://glendaleheart.com/rotablator/. Diakses 13 Januari 2023.

(Artikel ini telah direview oleh dr. Eddy Wiria, PhD., Co-Founder & CEO Kavacare)

atresia pulmonal

Atresia Pulmonal

Tentang Atresia Pulmonal

Atresia pulmonal adalah kondisi cacat jantung sejak lahir pada bayi, di mana katup jantung yang mengalirkan darah dari jantung menuju paru-paru tidak terbentuk dengan benar. Katup yang normal bekerja dengan cara membuka dan menutup secara bergantian. Namun, pada kondisi ini, katup yang terbentuk berupa jaringan padat yang sepenuhnya tertutup. Akibatnya, darah tidak dapat mengalir menuju paru-paru untuk mendapatkan oksigen sehingga darah yang mengalir ke seluruh tubuh pun tidak memiliki kadar oksigen yang cukup.

Jenis-Jenis

Berdasarkan ada dan tidaknya lubang pada dinding yang memisahkan dua bilik jantung bagian bawah (ventrikel), atresia pulmonal dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

  • Atresia pulmonal dengan ventricular septal defect (VSD), yaitu adanya lubang pada dinding bilik jantung menyebabkan darah kaya oksigen bercampur dengan darah miskin oksigen.
  • Atresia pulmonal dengan intact ventricular septum (IVS), merupakan kondisi atresia pulmonal dengan dinding bilik jantung yang utuh.
  • Atresia pulmonal kompleks dengan malformasi jantung.

Penyebab dan Faktor Risiko

Penyebab pasti terjadinya atresia pulmonal tidak diketahui. Beberapa bayi mengalami kondisi ini karena adanya perubahan gen dan kromosom. Selain itu, ada beberapa hal yang meningkatkan risiko bayi mengalami cacat jantung bawaan, seperti:

  • Orang tua memiliki cacat jantung bawaan.
  • Ibu bayi mengalami kelebihan berat badan/obesitas saat hamil.
  • Ibu bayi merokok sebelum dan selama masa kehamilan.
  • Ibu bayi menderita diabetes yang tidak ditangani dengan baik.
  • Penggunaan beberapa jenis obat saat hamil, misalnya obat jerawat tertentu dan obat untuk masalah tekanan darah.

Pencegahan

Hal-hal yang bisa dilakukan sebelum dan selama masa kehamilan untuk mencegah terjadinya cacat jantung bawaan ini, antara lain:

  • Mengontrol kondisi kesehatan kronis, konsultasikan dengan dokter obat apa saja yang bisa dikonsumsi saat hamil
  • Berhenti merokok
  • Menjaga berat badan yang sehat dan ideal
  • Mendapatkan vaksin rubella. 

Gejala Atresia Pulmonal

Gejala atresia pulmonal yang biasanya terlihat dalam beberapa jam atau hari pertama kehidupan bayi setelah lahir, di antaranya:

  • Bernapas dengan cepat (shortness of breath)
  • Warna kebiruan pada kulit, terutama bibir, jari tangan dan kaki (cyanosis)
  • Masalah pernapasan
  • Kelelahan
  • Mudah merasa kesal/menangis
  • Sulit makan
  • Murmur jantung pada pemeriksaan fisik oleh dokter.

Diagnosis Atresia Pulmonal

Atresia pulmonal pada bayi biasanya ditemukan sejak masih dalam kandungan atau ketika bayi baru saja lahir. Selanjutnya, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kondisi ini, yaitu:

  • Ultrasonografi, yang dilakukan pada masa kehamilan untuk mencari kemungkinan adanya atresia pulmonal pada janin.
  • Ekokardiogram janin, untuk mengetahui kinerja jantung bayi atau janin.
  • Pulse Oksimeter, yaitu penggunaan sensor pada kaki atau tangan bayi untuk mengetahui kandungan oksigen dalam darah.
  • Sinar-X pada dada bayi yang digunakan untuk melihat bentuk jantung dan paru-paru.
  • Kateterisasi jantung, yaitu prosedur memasukkan tabung kecil melalui pembuluh darah menuju jantung untuk melihat struktur jantung dan katupnya lebih detail. 

Penanganan Atresia Pulmonal

Biasanya, bayi dengan atresia pulmonal membutuhkan prosedur bedah untuk memperbaiki aliran darah menuju paru-parunya. Penanganan yang umumnya dilakukan untuk kondisi ini, yaitu:

  • Pemberian obat, yang disebut alprostadil, yang disuntikkan melalui selang infus untuk mencegah menutupnya duktus arteriosus (pembuluh darah penghubung aorta dan arteri pulmonal) beberapa jam setelah kelahiran.
  • Balloon atrial septostomy, yaitu penggunaan balon yang dimasukkan dengan bantuan kateter jantung untuk memperbesar lubang alami pada dinding antara bilik jantung yang biasanya cepat menutup setelah bayi lahir.
  • Pemasangan shunt, dengan membuat jalan pintas dari aorta menuju arteri pulmonal.
  • Prosedur fontan. Merupakan salah satu teknik yang direkomendasikan untuk penanganan kasus atresia pulmonal.
  • Transplantasi jantung.

Pertanyaan Umum Seputar Atresia Pulmonal

Seberapa Seriuskah Atresia Pulmonal?

Atresia pulmonal dapat berakibat fatal karena menyebabkan rendahnya kadar oksigen dalam darah, bila tidak diberikan penanganan apa pun. Itulah sebabnya penting melakukan pemeriksaan rutin pada masa kehamilan untuk mendeteksi adanya kelainan pada janin dan penanganan yang sesuai dapat segera diberikan setelah bayi lahir.

Kapan Saya Harus Menemui Dokter?

Seseorang dengan penyakit jantung bawaan, termasuk atresia pulmonal ini, harus tetap berada di bawah perawatan ahli jantung seumur hidup. Anda atau anak Anda setidaknya harus membuat janji bertemu dokter setiap enam bulan sekali. Segera temui dokter bila terdapat komplikasi jangka panjang, seperti:

  • Ritme jantung tidak teratur (aritmia)
  • Gagal jantung
  • Penyempitan pembuluh darah arteri pulmonal.

Apabila Anda perlu berkonsultasi tentang gejala, perawatan, atau pengobatan atresia pulmonal di dalam maupun luar negeri, Anda dapat menghubungi OperasiJantung.id di nomor Whatsapp 0877-8777-8614.

Sumber:

  1. Congenital Heart Defects – Facts about Pulmonary Atresia | CDC. https://www.cdc.gov/ncbddd/heartdefects/pulmonaryatresia.html. Diakses 29 Oktober 2022.
  2. Pulmonary atresia – Symptoms and causes – Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/pulmonary-atresia/symptoms-causes/syc-20350727. Diakses 29 Oktober 2022.
  3. Pulmonary Atresia: Symptoms, Causes and Treatment.  https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/14779-pulmonary-atresia. Diakses 29 Oktober 2022.

(Artikel ini telah direview oleh dr. Albert Novianto, Care Pro dan Dokter Umum di Kavacare)

Aneurisma Aorta

Aneurisma Aorta

Tentang Aneurisma Aorta

Aneurisma aorta adalah sebuah gelembung yang terjadi pada dinding pembuluh darah arteri utama (aorta) yang mengalirkan darah dari jantung ke seluruh tubuh. Bila gelembung tersebut bertumbuh semakin besar, aneurisma dapat sobek atau bahkan pecah dan menyebabkan perdarahan berbahaya hingga kematian.

Jenis-Jenis

Berdasarkan lokasi terbentuknya gelembung, aneurisma aorta dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

  • Aneurisma aorta abdominal, yaitu aneurisma yang terjadi pada pembuluh darah aorta yang melewati perut.
  • Aneurisma aorta torakalis, yaitu aneurisma yang terjadi pada pembuluh darah aorta yang melewati rongga dada.

Penyebab

Beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya aneurisma aorta, meski penyebab utamanya masih belum diketahui, antara lain*:

  • Aterosklerosis (menyempitnya pembuluh darah arteri akibat penumpukan plak).
  • Peradangan pembuluh darah.
  • Kondisi tertentu, khususnya yang memengaruhi jaringan ikat (seperti sindrom Marfan dan sindrom Ehlers-Danlos).
  • Cedera pada pembuluh darah aorta.
  • Infeksi, seperti sifilis yang tidak ditangani dan diobati hingga sembuh.

Faktor Risiko

Faktor yang meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi ini, yaitu:

  • Memiliki kebiasaan merokok.
  • Berusia di atas 65 tahun.
  • Berjenis kelamin laki-laki.
  • Memiliki keluarga dengan riwayat aneurisma aorta.
  • Memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi).
  • Memiliki kadar kolesterol yang tinggi.

Pencegahan

Risiko terjadinya aneurisma aorta dapat dikurangi dengan menjaga pola hidup yang sehat, seperti:

  • Melakukan pemeriksaan medis secara rutin, setidaknya setahun sekali, seperti pemeriksaan kadar kolesterol, gula darah, hingga trigliserida.
  • Mengontrol konsumsi gula.
  • Mengonsumsi makanan yang baik untuk jantung, seperti buah-buahan, sayur-sayuran, dan makanan rendah lemak serta tinggi serat.
  • Rutin berolahraga.
  • Menghindari rokok dan alkohol.
  • Bila kelebihan berat badan, coba berkonsultasi dengan tenaga ahli untuk menurunkan berat badan dengan cara yang sehat.

Gejala Aneurisma Aorta

Di kebanyakan kasus, orang tidak mengetahui mereka mengalami aneurisma aorta karena tidak adanya gejala yang tampak sampai terjadi ‘pecahan’. Tanda-tanda yang muncul dari pecahan gelembung di aorta ini yaitu:

  • Pusing.
  • Detak jantung yang sangat cepat.
  • Nyeri yang sangat mendadak dan serius pada dada, perut, atau punggung.
  • Kaki terasa kebas atau nyeri.
  • Kesulitan bernapas.
  • Kesulitan menelan.

Menemukan adanya kondisi aneurisma sebelum terjadinya pecahan dapat memperbesar kemungkinan untuk pulih. Perhatikan tanda-tanda yang mungkin tampak, seperti:

  • Sesak napas.
  • Merasa kenyang setelah makan dalam porsi kecil.
  • Nyeri di tempat aneurisma terjadi (dapat di leher, punggung, dada, atau perut).
  • Nyeri atau kesulitan menelan.
  • Pembengkakan pada lengan, leher atau wajah.

Diagnosis Aneurisma Aorta

Dokter biasanya menemukan adanya aneurisma aorta pada pemeriksaan rutin berkala. Bila seseorang memiliki risiko tinggi mengalami aneurisma, dokter akan menyarankan pemeriksaan dengan tes pencitraan untuk memastikan diagnosis. Tes pencitraan yang mungkin dilakukan, antara lain:

  • Computerized tomography (CT) scan
  • CT atau magnetic resonance imaging (MRI) angiografi
  • Ultrasonografi.

Pengobatan Aneurisma Aorta

Pemberian obat-obatan dan pembedahan adalah dua cara penanganan utama untuk kasus aneurisma aorta. Bila aneurisma belum pecah, penanganan yang dilakukan adalah mencegah aneurisma tumbuh besar dan sobek bahkan pecah. Selain itu, dokter akan memberikan obat untuk memperbaiki aliran darah, menurunkan tekanan darah dan mengontrol kadar kolesterol.

Sedangkan bila aneurisma telah tumbuh besar dan berisiko untuk sobek atau pecah, pembedahan mungkin diperlukan untuk menangani kondisi ini. Pilihan pembedahan yang bisa dilakukan, antara lain:

  • Bedah terbuka, yaitu pengangkatan aneurisma dan penggunaan tabung sintetis yang dijahit untuk mengganti bagian pembuluh darah yang rusak.
  • Bedah endovaskular, yaitu bedah invasif minimal yang menggunakan alat semacam kateter untuk memperkuat atau memperbaiki pembuluh darah.

Pertanyaan Umum Seputar Aneurisma Aorta

Seberapa Seriuskah Aneurisma Aorta?

Kondisi ini merupakan kondisi yang serius dan membahayakan bila tidak ditemukan gejala awalnya dan bisa berakhir menjadi pecahan pada pembuluh darah aorta yang terdampak.

Kapan Saya Harus Menemui Dokter?

Segera hubungi dokter bila Anda merasakan gejala berikut ini:

  • Kehilangan kesadaran (sinkop, pingsan)
  • Kesulitan bernapas
  • Tekanan darah menurun
  • Jantung berdetak sangat cepat
  • Nyeri yang mendadak terasa di dada, perut, atau punggung.

Apabila Anda perlu berkonsultasi tentang penanganan atau perawatan aneurisma aorta, Anda dapat menghubungi OperasiJantung.id di nomor Whatsapp 0877-8777-8614.

Sumber:

  1. Aortic Aneurysm | cdc.gov. https://www.cdc.gov/heartdisease/aortic_aneurysm.htm. Diakses pada 18 Oktober 2022.
  2. Aortic Aneurysm: Symptoms, Causes and Treatment. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/16742-aorta-aortic-aneurysm. Diakses pada 18 Oktober 2022.
  3. Aortic Aneurysm: Types, Symptoms, Causes, Diagnosis, Treatment. https://www.webmd.com/heart-disease/heart-disease-aortic-aneurysm. Diakses pada 18 Oktober 2022.

(Artikel ini telah direview oleh dr. Eddy Wiria, PhD., Co-Founder & CEO Kavacare)

Angina Pektoris

Angina Pektoris

Tentang Angina Pektoris

Angina pektoris adalah nyeri atau keadaan tidak nyaman yang terasa pada dada akibat aliran darah yang berkurang pada jantung. Meski tidak membahayakan, kondisi ini seringnya merupakan tanda atau peringatan bahwa seseorang berisiko mengalami masalah jantung, seperti penyakit jantung koroner, serangan jantung, hingga stroke. Selain itu, kondisi angina pektoris juga bisa menunjukkan adanya masalah pada saluran cerna (GERD), gangguan pada otot dan tulang di dada (misal: chostocondritis), serangan panik

Jenis-Jenis

Terdapat beberapa jenis angina pektoris, bergantung pada penyebab dan apakah istirahat atau pemberian obat-obatan dapat meringankan gejala atau tidak, di antaranya:

  • Angina stabil, merupakan jenis angina pektoris paling umum yang disebabkan oleh kelelahan beraktivitas dan biasanya hilang dengan sendirinya setelah beristirahat atau mengonsumsi obat nyeri dada.
  • Angina tidak stabil, biasanya terjadi secara tiba-tiba bahkan saat tidak sedang melakukan aktivitas apa pun dan tidak hilang meski beristirahat maupun mengonsumsi obat nyeri dada. Angina jenis ini berbahaya dan memerlukan penanganan sesegera mungkin.
  • Angina mikrovaskuler, terjadi ketika beraktivitas sehari-hari akibat pengerahan tenaga atau adanya emosi yang kuat. Nyeri ini biasanya merupakan gejala penyakit mikrovaskuler koroner.
  • Angina Prinzmetal, merupakan jenis paling langka. Angina ini biasanya terjadi ketika sedang beristirahat pada malam hari dan datang berulang kali. Rasa nyeri yang ditimbulkan cukup serius dan memerlukan obat pereda nyeri dada. 

Penyebab

Angina pektoris umumnya terjadi karena adanya penyakit jantung koroner. Selain itu, penyakit atau kondisi lain yang dapat menyebabkan terjadinya angina pektoris, antara lain:

  • Penyakit mikrovaskuler koroner, yaitu kerusakan pembuluh darah halus cabang dari pembuluh darah arteri. 
  • Kejang arteri koroner, ketika pembuluh darah arteri berulang kali menegang lalu membuka.
  • Emboli paru, yaitu penyumbatan pembuluh arteri utama pada paru-paru.
  • Kardiomiopati hipertrofi, yaitu pembesaran atau penebalan jantung.
  • Stenosis aorta, yaitu penyempitan katup pada satu bagian utama jantung.
  • Perikarditis, yaitu pembengkakan lapisan kantong yang menyelubungi jantung.
  • Diseksi aorta, ketika terjadi robekan pada dinding aorta.

Sementara itu, angina pektoris dapat terjadi karena dipicu oleh beberapa hal, yaitu:

  • Aktivitas fisik.
  • Tekanan emosional.
  • Cuaca dingin.
  • Makan dalam porsi besar.

Faktor Risiko

Selain karena penyebab di atas, seseorang memiliki risiko lebih mengalami angina pektoris dengan kondisi-kondisi, seperti:

  • Bertambahnya usia, yang mana lebih umum terjadi pada orang dewasa berusia di atas 60 tahun.
  • Memiliki keluarga dengan riwayat penyakit jantung.
  • Penggunaan tembakau, seperti merokok, mengunyah tembakau, dan terpapar asap rokok dalam jangka waktu yang lama.
  • Memiliki penyakit diabetes.
  • Memiliki tekanan darah yang tinggi, biasanya ketika menunjukkan angka 130/80 mmHg atau lebih tinggi.
  • Memiliki kadar kolesterol dan trigliserida yang tinggi.
  • Memiliki kondisi kesehatan yang lain, seperti penyakit ginjal kronis, penyakit arteri perifer, sindrom metabolisme atau riwayat stroke.
  • Jarang berolahraga.
  • Kelebihan berat badan/obesitas.
  • Mengalami tekanan emosional.
  • Mengonsumsi obat-obatan tertentu, misalnya obat migrain dapat memicu terjadinya angina Prinzmetal.
  • Menggunakan obat-obatan terlarang.
  • Berada di tempat dengan suhu rendah. 

Pencegahan

Mencegah terjadinya angina dapat dilakukan dengan cara yang sama dengan mengobati kondisi ini, antara lain:

  • Berhenti merokok dan menghindari paparan asap rokok.
  • Mengonsumsi makan-makanan yang sehat, dengan memperbanyak asupan buah dan sayur.
  • Menghindari atau membatasi konsumsi alkohol.
  • Berolahraga secara teratur.
  • Menjaga berat badan yang sehat dan ideal.
  • Mengelola kondisi kesehatan yang lain yang berhubungan dengan penyakit jantung.
  • Mengurangi stres.
  • Mendapatkan rekomendasi vaksin untuk menghindari komplikasi jantung.

Gejala Angina Pektoris

Angina pektoris sendiri merupakan gejala atas suatu kondisi atau penyakit yang dialami oleh seseorang. Rasa nyeri itu selain terjadi di dada, dapat pula terjadi di lengan, leher, rahang, bahu, atau punggung. Setiap orang merasakan rasa nyeri dengan sensasi yang berbeda-beda, misalnya:

  • Terasa panas seperti terbakar.
  • Terasa penuh.
  • Terasa seperti ditekan.
  • Terasa seperti diremas.

Kondisi lain yang biasanya terjadi bersamaan dengan angina, antara lain:

  • Pusing.
  • Kelelahan.
  • Mual.
  • Sesak napas.
  • Berkeringat.

Selain masalah jantung, kondisi dengan gejala yang sama dengan angina pektoris juga dapat menjadi diagnosis banding adanya masalah kesehatan lain, seperti saluran pencernaan (gastroesophageal reflux disease/GERD), gangguan pada otot dan tulang pada dada (seperti kostokondritis), serangan panik, dan sebagainya.

Diagnosis Angina Pektoris

Tes yang digunakan untuk mendiagnosis dan mengonfirmasi angina pektoris, yaitu:

  • Elektrokardiogram (EKG).
  • Sinar-X pada dada.
  • Tes darah.
  • Tes stres/treadmill.
  • Ekokardiogram.
  • Computed tomography (CT) scan.
  • Magnetic resonance imaging (MRI) scan.
  • Angiografi koroner.

Pengobatan Angina Pektoris

Untuk menangani kondisi ini, dokter terlebih dulu akan mengatasi masalah yang menyebabkan terjadinya angina. Tujuan penanganan ini adalah untuk melancarkan aliran darah menuju jantung dan menurunkan risiko terjadinya komplikasi. Pengobatan yang umumnya diberikan pada seseorang dengan angina, yaitu:

  • Obat antikoagulan atau antiplatelet. Obat golongan ini digunakan untuk memecah gumpalan darah.
  • Obat-obatan untuk hipertensi. Pada kasus angina pektoris, obat hipertensi sangat diperlukan untuk mengontrol tekanan darah pasien, mengingat darah tinggi dapat menyebabkan risiko angina kembali berulang.
  • Obat-obatan untuk kolesterol. Pemberian obat antikolesterol untuk mengontrol kadar kolesterol sehingga bisa mencegah terjadinya angina atau serangan jantung.
  • Obat-obatan yang digunakan spesifik untuk menangani angina, misalnya nitrat (nitrogliserin).
  • Perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat, dengan tidak merokok, membatasi konsumsi alkohol, berolahraga dan menjaga berat badan ideal, mengonsumsi makanan rendah lemak dan memperbanyak buah serta sayur. 
  • Pada kasus angina pektoris tidak stabil dan yang mengarah ke serangan jantung opsi operasi bypass jantung/coronary artery bypass grafting (CABG) sangat dianjurkan.
  • Angioplasti koroner atau stenting.

Pertanyaan Umum Seputar Angina Pektoris

Seberapa Seriuskah Angina Pektoris?

Karena merupakan gejala, angina pektoris dikatakan serius atau tidak bergantung pada penyakit yang menyebabkan kondisi ini terjadi. Beberapa kasus angina termasuk kondisi ringan yang dapat membaik dengan perubahan gaya hidup atau konsumsi obat-obatan nyeri dada. Namun, pada beberapa kasus lainnya, angina yang terjadi dapat cukup serius hingga memerlukan penanganan secara langsung.

Kapan Saya Harus Menemui Dokter?

Bila angina yang muncul disertai dengan gejala serangan jantung atau stroke, segera hubungi ambulans untuk mendapatkan perawatan medis darurat sesegera mungkin.

Apabila Anda perlu berkonsultasi tentang penanganan atau perawatan setelah angina pektoris, Anda dapat menghubungi OperasiJantung.id di nomor Whatsapp 0877-8777-8614.

Sumber:

  1. Angina – Symptoms and causes – Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/angina/symptoms-causes/syc-20369373. Diakses pada 19 Oktober 2022.
  2. Angina – Causes, symptoms & treatments | British Heart Foundation. https://www.bhf.org.uk/informationsupport/conditions/angina. Diakses pada 19 Oktober 2022.
  3. Angina (Ischemic Chest Pain): Symptoms, Causes, Diagnosis, and Treatment. https://www.webmd.com/heart-disease/heart-disease-angina. Diakses pada 19 Oktober 2022.
  4. Angina: Symptoms, Causes & Treatment. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/21489-angina. Diakses pada 19 Oktober 2022.

(Artikel ini telah direview oleh dr. Albert Novianto, Care Pro dan Dokter Umum di Kavacare)

Tetralogi Fallot

Tetralogi Fallot (ToF)

Tentang Tetralogi Fallot

Tetralogi Fallot, atau tetralogy of Fallot (ToF) adalah kondisi langka yang terdiri atas kombinasi dari empat kecacatan jantung yang dibawa sejak lahir (bawaan) yang menyebabkan rendahnya kadar oksigen dalam darah. Kekurangan pasokan oksigen dalam darah secara kronis (dalam waktu yang lama) dapat mengakibatkan terjadinya sianosis (perubahan warna biru keunguan pada kulit).

Kelainan Jantung yang Terdapat pada ToF

Empat jenis kelainan jantung bawaan yang termasuk ke dalam tetralogi Fallot, antara lain:

  • Ventricular septal defect (VSD), di mana terdapat lubang pada dinding di antara dua bilik bawah (ventrikel) jantung
  • Pulmonary valve stenosis, yaitu penyempitan katup paru-paru
  • Posisi anomali aorta (Overriding aorta), di mana pembuluh darah arteri utama bergeser, yang seharusnya keluar dari jantung melalui ventrikel kiri, pada kondisi ini keluar dari kedua ventrikel di atas VSD
  • Right ventricular hypertrophy, yaitu penebalan dinding ventrikel kiri.

Penyebab dan Faktor Risiko

Kondisi ini terjadi selama perkembangan janin sebelum kelahiran, oleh karenanya hal ini disebut dengan penyakit jantung bawaan. Penyebab terjadinya tetralogi Fallot tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko bayi mengalami kondisi ini, antara lain:

  • Ibu terpapar penyakit viral selama kehamilan, misalnya rubella
  • Ibu mengonsumsi alkohol selama kehamilan
  • Ibu merokok selama kehamilan
  • Ibu mengalami gizi buruk selama kehamilan
  • Ibu berusia di atas 40 tahun
  • Ibu memiliki kondisi fenilketonuria (penumpukan asam amino)
  • Ibu memiliki penyakit diabetes
  • Ibu mengonsumsi beberapa obat untuk menangani jerawat atau hipertensi
  • Orang tua memiliki kondisi tetralogi Fallot
  • Bayi mengalami sindrom Down atau sindrom DiGeorge.

Pencegahan

Meskipun penyebabnya belum diketahui, risiko bayi mengalami tetralogi Fallot mungkin bisa dikurangi dengan cara seperti:

  • Tidak merokok dan menghindari paparan asap rokok ketika hamil
  • Tidak mengonsumsi alkohol ketika hamil
  • Memastikan vaksin rubella masih aktif ketika hamil
  • Bila memiliki kondisi fenilketonuria, kurangi konsumsi protein
  • Hindari beberapa obat hipertensi dan obat jerawat
  • Mengontrol penyakit diabetes bila ada.

Gejala Tetralogi Fallot

Gejala kondisi ini bervariasi, bergantung pada seberapa banyak aliran darah yang tersumbat. Beberapa gejala tetralogi Fallot, antara lain:

  • Warna kebiruan pada kulit akibat rendahnya kadar oksigen dalam darah (sianosis)
  • Sesak napas dan bernapas dengan cepat, terutama ketika makan atau berolahraga
  • Pertumbuhan berat badan yang buruk
  • Mudah kelelahan saat bermain atau berolahraga
  • Mudah merasa kesal
  • Menangis berkepanjangan
  • Murmur jantung
  • Pingsan
  • Bentuk dasar kuku yang anomali dan bulat di jari tangan dan kaki
  • Gagal tumbuh kembang.

Bayi yang belum mendapatkan penanganan untuk kondisi tetralogi Fallot mereka, bisa mengalami spell sianosis. Spell sianosis adalah keadaan di mana kulit bayi tiba-tiba menjadi sangat biru ketika sedang makan, menangis, buang air besar, atau merasa kesal. Hal ini disebabkan oleh penurunan kadar oksigen dalam darah secara mendadak dan sangat cepat. Spell sianosis biasanya terjadi pada bayi berusia 2-4 bulan.

Diagnosis Tetralogi Fallot

Dokter biasanya mendiagnosis tetralogi Fallot pada bayi sejak masih dalam kandungan atau ketika bayi baru saja lahir. Kondisi ini seringnya ditemukan pada beberapa minggu atau bulan pertama kehidupan bayi. Beberapa pemeriksaan yang dapat digunakan untuk mendiagnosis tetralogi Fallot, antara lain:

  • Ultrasonografi, yang dilakukan pada masa kehamilan untuk mencari kemungkinan adanya tetralogi Fallot pada janin
  • Pemeriksaan MRI. MRI mempunyai fungsi baku emas untuk penilaian fungsi dan pengukuran bilik jantung kanan
  • Ekokardiogram janin, untuk mengetahui kinerja jantung bayi atau janin
  • Oksimeter, yaitu penggunaan sensor pada kaki atau tangan bayi untuk mengetahui kadar oksigen dalam darah
  • Pemeriksaan gas darah arteri, untuk mengukur jumlah kadar tekanan oksigen dan kadar laktat dalam darah
  • Kultur darah, untuk mengetahui adanya gejala penyakit endokarditis.

Pengobatan Tetralogi Fallot

Setiap bayi yang mengalami kondisi ini memerlukan pembedahan sebagai penanganan satu-satunya. Beberapa anak mungkin akan diberi obat-obatan selagi menunggu giliran bedah, untuk mengontrol aliran darah dari jantung ke paru-paru.

Pilihan prosedur bedah untuk menangani Tetralogi Fallot, yaitu:

  • Intracardiac repair, yaitu prosedur untuk menambal VSD dan memperbaiki atau mengganti katup paru-paru
  • Temporary shunt surgery, yaitu prosedur sementara yang dilakukan selagi menunggu giliran intracardiac surgery.

Setelah menjalani prosedur bedah, akan ada kemungkinan terjadi sumbatan atau kebocoran pada katup pulmonal yang mengakibatkan penurunan fungsi jantung, gangguan ritme jantung, hingga endokarditis. Bila hal tersebut terjadi, perhatikan hal-hal berikut ini:

  • Membatasi aktivitas fisik anak
  • Memberikan antibiotik sebelum melakukan perawatan gigi untuk mencegah terjadinya endokarditis
  • Melakukan pemeriksaan rutin dalam jangka waktu yang panjang.

Pertanyaan Umum Seputar Tetralogi Fallot

Seberapa Seriuskah Tetralogi Fallot?

Tetralogi Fallot dapat menimbulkan berbagai komplikasi, salah satunya adalah infeksi pada lapisan dalam pada jantung atau katup jantung yang disebabkan oleh infeksi bakteri (endokarditis infektif). Tetralogi Fallot yang tidak mendapatkan penanganan sama sekali dapat menyebabkan kematian atau kecacatan di awal masa dewasa.

Kapan Saya Harus Menemui Dokter?

Segera hubungi dokter bila bayi Anda mengalami gejala seperti:

  • Rasa kesal atau terganggu yang tidak biasa
  • Sesak napas
  • Lemas
  • Perubahan warna kulit menjadi kebiruan
  • Pingsan atau kejang.

Apabila Anda perlu berkonsultasi tentang penanganan atau perawatan tetralogi Fallot, Anda dapat menghubungi OperasiJantung.id di nomor Whatsapp 0877-8777-8614.

Sumber

  1. Tetralogy of Fallot – Symptoms and causes – Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/tetralogy-of-fallot/symptoms-causes/syc-20353477. Diakses pada 22 Oktober 2022.
  2. Tetralogy of Fallot: Symptoms, Treatment and Outlook. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22343-tetralogy-of-fallot. Diakses pada 22 Oktober 2022.
  3. Tetralogy of Fallot. https://www.webmd.com/heart-disease/tetralogy-fallot. Diakses pada 22 Oktober 2022.

(Artikel ini telah direview oleh dr. Albert Novianto, Care Pro dan Dokter Umum di Kavacare)

Deep Vein Thrombosis

Deep Vein Thrombosis (DVT)

Tentang Deep Vein Thrombosis

Deep vein thrombosis (DVT) atau biasa juga disebut dengan trombosis vena dalam, merupakan kondisi di mana terjadi penggumpalan darah pada pembuluh darah vena sehingga darah yang mengalir pada pembuluh darah tersebut terlalu lambat. DVT seringnya terjadi pada kaki bagian bawah, paha, atau panggul, tetapi juga bisa terjadi di bagian tubuh lain seperti lengan, otak, usus, hati, atau ginjal. DVT dapat menyebabkan rasa nyeri atau terjadinya pembengkakan. 

Jenis-Jenis

Kondisi ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

  • DVT kronis, ketika kondisi ini terjadi lebih dari 28 hari dan dapat menyumbat pembuluh vena secara permanen atau menempel pada dinding pembuluh vena sehingga menyebabkan kerusakan pada katup vena.
  • DVT akut, yaitu DVT yang terjadi kurang dari 14 hari dan menyebabkan pembengkakan pada lengan dan kaki. Gumpalan darah yang terjadi biasanya masih terbilang lunak dan dapat ditangani dengan obat penghancur gumpalan darah dengan mudah.

Penyebab dan Faktor Risiko

Apa pun yang mencegah darah mengalir dengan benar dapat menyebabkan penggumpalan darah. Penyebab utama terjadinya deep vein thrombosis (DVT) adalah kerusakan pembuluh darah vena yang disebabkan oleh pembedahan atau peradangan, dan kerusakan akibat infeksi atau cedera.

Siapa pun dapat mengalami DVT, tetapi ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang terkena kondisi ini, antara lain:

  • Berusia di atas 40 tahun, meskipun DVT dapat terjadi di segala usia.
  • Duduk dalam waktu yang lama, seperti penerbangan atau perjalanan dengan mobil jarak jauh.
  • Tirah baring, misalnya dirawat inap di rumah sakit dalam waktu yang lama.
  •  Kehamilan hingga masa 6 minggu setelah persalinan.
  • Obesitas/kelebihan berat badan, hingga BMI mencapai angka 30 atau lebih tinggi.
  • Masalah kesehatan serius, seperti penyakit iritasi usus besar, kanker, dan penyakit jantung.
  • Kelainan darah tertentu yang diturunkan oleh keluarga.
  • Cedera pada pembuluh vena.
  • Merokok, yang mana menjadikan sel darah lebih lengket dari seharusnya dan juga merusak pembuluh darah.
  • Pil KB atau terapi penggantian hormon.
  • Infeksi pada darah atau pembuluh darah vena.
  • Peradangan, yang bisa disebabkan oleh infeksi, pembedahan, cedera, atau beberapa penyebab lain.
  • Kadar kolesterol yang tinggi.

Pencegahan

Bila Anda seseorang yang belum pernah mengalami DVT tetapi memiliki banyak faktor risiko, pastikan untuk:

  • Menggerakkan otot betis bila perlu duduk dalam waktu yang lama.
  • Bangun dan turun dari tempat tidur setelah sembuh dari sakit atau prosedur operasi.
  • Mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat, seperti berhenti merokok, menurunkan berat badan, dan bergerak lebih aktif.
  • Melakukan pemeriksaan rutin dan mengonsumsi obat yang diresepkan oleh dokter untuk menjaga masalah kesehatan yang ada.

Gejala Deep Vein Thrombosis

Kebanyakan orang tidak merasakan gejala DVT. Bila ada, tanda-tanda yang muncul biasanya berupa:

  • Pembengkakan pada tangan atau kaki.
  • Nyeri atau rasa sakit yang muncul ketika berdiri atau berjalan.
  • Terasa hangat pada bagian tubuh yang terdampak.
  • Perubahan warna kulit, seperti kemerahan atau keunguan, tergantung warna kulit.

Diagnosis Deep Vein Thrombosis

Selain menggunakan pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang yang umumnya dilakukan untuk menentukan diagnosis DVT, antara lain:

  • Tes darah D-Dimer, yaitu melihat apakah terdapat peningkatan kadar protein yang disebut D-dimer pada darah yang menunjukkan adanya DVT.
  • Ultrasonografi (USG) vena, yaitu penggunaan gelombang suara untuk menunjukkan aliran dan penggumpalan darah pada pembuluh darah vena.
  • Venografi, yaitu penyuntikan zat pewarna (kontras) ke dalam pembuluh darah vena untuk melihat adanya penyumbatan oleh gumpalan darah pada pembuluh vena.
  • Magnetic resonance imaging (MRI) atau magnetic resonance venography (MRV), untuk menunjukkan citra organ dalam tubuh atau pembuluh darah vena pada area tertentu di dalam tubuh.
  • Computed tomography (CT) scan, untuk menemukan DVT pada perut, panggul atau otak, sampai paru-paru.

Pengobatan Deep Vein Thrombosis

Menangani kondisi bisa dilakukan dengan 3 cara, yaitu:

  • Pemberian obat-obatan, yang biasanya berupa pengencer darah, seperti warfarin, heparin, dan Xa inhibitors.
  • Inferior vena cava (IVC) filter, dengan cara memasukkan filter berbentuk kerucut ke dalam vena cava inferior atau pembuluh darah terbesar di dalam tubuh untuk menangkap gumpalan darah sebelum mencapai paru-paru.
  • Stoking kompresi, yaitu penggunaan kaos kaki khusus yang sangat ketat untuk memberikan tekanan dan mencegah penyatuan darah di dalam pembuluh vena.

Pertanyaan Umum Seputar Deep Vein Thrombosis

Seberapa Seriuskah Deep Vein Thrombosis?

Bila gumpalan darah yang terjadi di pembuluh darah vena dapat meloloskan diri dan kembali mengalir, ada kemungkinan gumpalan darah tersebut tersangkut di pembuluh darah pada paru-paru. Hal ini disebut emboli paru dan merupakan kondisi yang fatal.

Kapan Saya Harus Menemui Dokter?

Segera hubungi dokter bila Anda merasakan tanda-tanda DVT pada bagian tubuh Anda. Hubungi layanan gawat darurat bila Anda menemukan gejala emboli paru yang dapat membahayakan kesehatan Anda, seperti:

  • Sesak napas mendadak
  • Nyeri dada yang memburuk ketika Anda menarik napas dalam-dalam atau terbatuk
  • Pusing
  • Pingsan
  • Jantung berdetak sangat cepat
  • Batuk darah.

Apabila Anda perlu berkonsultasi tentang gejala, perawatan, atau pengobatan DVT di dalam atau luar negeri, Anda dapat menghubungi OperasiJantung.id di nomor Whatsapp 0877-8777-8614.

Sumber:

  1. Deep Vein Thrombosis (DVT) | FloridaInterventionalSpecialist.com. http://www.flinterventionalspecialists.com/venous-diseases/deep-vein-thrombosis-dvt/. Diakses pada 20 Oktober 2022.
  2. Deep vein thrombosis (DVT) – Symptoms and causes – Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/deep-vein-thrombosis/symptoms-causes/syc-20352557. Diakses pada 20 Oktober 2022.
  3. Deep Vein Thrombosis (DVT). https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/16911-deep-vein-thrombosis-dvt. Diakses pada 20 Oktober 2022.
  4. DVT: Causes, Warning Signs, Treatment & Prevention of Deep Vein Thrombosis. https://www.webmd.com/dvt/what-is-dvt-and-what-causes-it. Diakses pada 20 Oktober 2022.

(Artikel ini telah direview oleh dr. Albert Novianto, Care Pro dan Dokter Umum di Kavacare)

Stenosis Aorta

Stenosis Aorta

Tentang Stenosis Aorta

Stenosis katup aorta, atau yang kerap hanya disebut stenosis aorta, merupakan kondisi ketika katup aorta di jantung mengalami penyempitan. Hal ini menyebabkan aliran darah yang keluar dari jantung terganggu dan dapat mengakibatkan kerusakan pada jantung, masalah kesehatan yang serius, bahkan kematian.

Jenis-Jenis

Ada dua jenis utama stenosis aorta, yaitu:

  • Congenital aortic stenosis, terjadi pada kondisi stenosis aorta yang ada sejak lahir (bawaan).
  • Acquired aortic stenosis, yaitu stenosis aorta yang biasanya terjadi akibat penumpukan kalsium pada katup aorta, biasanya terjadi pada penderita demam reumatik atau karena proses penuaan. 

Penyebab dan Faktor Risiko

Stenosis aorta dapat terjadi karena beberapa penyebab, seperti:

  • Kondisi yang dibawa sejak lahir
  • Keausan karena usia yang memicu terjadinya penumpukan kalsium, biasanya terjadi pada orang yang berusia di atas 65 tahun
  • Kerusakan akibat infeksi, yang seringnya terjadi pada radang tenggorokan, demam berdarah, yang bila tidak diobati dapat berujung pada demam reumatik
  • Kondisi kronis yang lain, misalnya penyakit Paget pada tulang, gagal ginjal, atau kelainan autoimun seperti lupus dan radang sendi.

Sementara faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi ini, antara lain:

  • Berusia lanjut
  • Kelainan jantung bawaan tertentu, misalnya katup aorta bikuspid
  • Penyakit ginjal kronis
  • Memiliki faktor risiko penyakit jantung, seperti diabetes, kolesterol tinggi, dan tekanan darah tinggi
  • Riwayat infeksi yang memengaruhi jantung, demam reumatik dan endokarditis infektif
  • Riwayat radioterapi pada area dada.

Pencegahan

Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya stenosis aorta, antara lain:

  • Mencegah terjadinya demam reumatik, dengan mengonsumsi antibiotik saat terjadi radang tenggorokan.
  • Menjaga jantung supaya tetap sehat, dengan mengontrol berat badan, tekanan darah, kadar kolesterol, asupan makanan, dan rutin beraktivitas, serta hindari merokok.
  • Merawat gigi dan gusi, karena ada kemungkinan relevansi antara gusi yang terinfeksi (radang gusi) dengan jaringan jantung yang terinfeksi (endokarditis)

Gejala Stenosis Aorta

Kondisi ini tidak menimbulkan tanda-tanda apa pun ketika masih di tahap awal. Ketika sudah semakin serius, gejala yang akan muncul, seperti:

  • Sesak napas, khususnya saat beraktivitas, atau sedang melakukan perubahan posisi.
  • Nyeri dada, perasaan tidak nyaman seperti ditekan atau diremas.
  • Kelelahan, pada saat beraktivitas yang seharusnya tidak melelahkan.
  • Palpitasi jantung.
  • Pembengkakan pada telapak kaki, pergelangan kaki, atau kaki bagian bawah.
  • Pusing, pening, hingga pingsan.

Diagnosis Stenosis Aorta

Setelah melakukan pemeriksaan fisik dan riwayat medis, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan untuk mendiagnosis stenosis aorta, antara lain:

  • Ekokardiogram, penggunaan gelombang suara untuk melihat struktur jantung. Metode ini menjadi standar utama penegakan diagnosis dari stenosis aorta.
  • Elektrokardiogram, untuk memeriksa aktivitas elektrik jantung.
  • Tes treadmill, yaitu melihat reaksi jantung dan gejala yang ditimbulkan ketika melakukan aktivitas.
  • Kateterisasi jantung, untuk melihat lebih detail kondisi jantung.

Penanganan Stenosis Aorta

Dokter akan memberikan beberapa pilihan pengobatan untuk kondisi ini, di antaranya adalah:

  • Pemberian obat-obatan, biasanya untuk menangani masalah awal stenosis aorta yang belum parah, seperti obat pengencer darah, obat untuk menurunkan tekanan darah, dan sebagainya.
  • Perbaikan atau penggantian katup jantung, yang dilakukan dengan cara pembedahan, misalnya operasi katup aorta, prosedur Ross, dan prosedur transcatheter aortic valve replacement/implantation (TAVR/TAVI). 

Pertanyaan Umum Seputar Stenosis Aorta

Seberapa Seriuskah Stenosis Aorta?

Stenosis aorta dapat menimbulkan komplikasi yang lebih serius, seperti penggumpalan darah, perdarahan, aritmia, endokarditis, gagal jantung, stroke, hingga kematian. 

Kapan Saya Harus Menemui Dokter?

Bila Anda belum pernah didiagnosis atas stenosis aorta dan mendapatkan pengobatan sama sekali, hubungi dokter saat:

  • Muncul gejala baru atau gejala yang sudah ada memburuk.
  • Gejala yang Anda rasakan mulai terasa mengganggu hidup Anda

Apabila Anda perlu berkonsultasi tentang gejala, perawatan, atau pengobatan stenosis aorta di dalam atau luar negeri, Anda dapat menghubungi OperasiJantung.id di nomor Whatsapp 0877-8777-8614.

Sumber:

  1. Aortic valve stenosis – Symptoms and causes – Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/aortic-stenosis/symptoms-causes/syc-20353139. Diakses pada 28 Oktober 2022.
  2. Aortic Valve Stenosis: Symptoms, Causes and Treatment. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/23046-aortic-valve-stenosis. Diakses pada 28 Oktober 2022.
  3. Aortic Stenosis | Frankel Cardiovascular Center | Michigan Medicine. https://www.umcvc.org/conditions-treatments/aortic-stenosis. Diakses pada 28 Oktober 2022.
  4. Aortic Valve Stenosis: Symptoms, Causes, Diagnosis, Treatment. https://www.webmd.com/heart-disease/aortic-valve-stenosis. Diakses pada 28 Oktober 2022.

(Artikel ini telah direview oleh dr. Albert Novianto, Care Pro dan Dokter Umum di Kavacare)

Atheroma

Atheroma

Tentang Atheroma

Atheroma adalah istilah medis yang mengacu pada zat-zat yang menumpuk dan menempel di dalam pembuluh darah arteri. Zat-zat ini biasanya terdiri dari lemak, kolesterol, kalsium, jaringan ikat, dan sel radang. Ketika zat-zat ini menumpuk, maka terjadi penyempitan pembuluh darah arteri tempat zat-zat tersebut melekat. Atheroma lebih dikenal sebagai plak aterosklerosis, atau hanya plak saja.

Jenis-Jenis

Ada dua jenis atheroma, yaitu:

  • Atheroma stabil, yang menumpuk dari waktu ke waktu dan menyebabkan pembuluh arteri mengeras.
  • Atheroma tidak stabil, juga menumpuk dari waktu ke waktu seperti jenis stabil, tetapi plak jenis ini rentan pecah sebelum cukup besar untuk menyumbat aliran darah.

Penyebab dan Faktor Risiko

Penyebab terbentuknya atheroma yaitu kerusakan lapisan dalam pembuluh darah arteri (endotelium) yang berakibat pada peradangan. Sedangkan penyebab terjadinya kerusakan pada endotelium saat ini masih belum ditemukan oleh para ahli. Meski begitu, terdapat beberapa faktor yang meningkatkan risiko terbentuk dan berkembangnya atheroma, yaitu:

  • Kondisi yang menyebabkan peradangan, seperti rheumatoid arthritis (peradangan sendi).
  • Diabetes.
  • Konsumsi makanan tinggi lemak jenuh, lemak trans, dan kolesterol.
  • Tekanan darah tinggi.
  • Kadar kolesterol tinggi.
  • Kadar trigliserida tinggi.
  • Berusia lanjut, laki-laki berusia di atas 45 tahun, dan wanita di atas 55 tahun.
  • Merokok.
  • Mengonsumsi alkohol.
  • Kelebihan berat badan/obesitas.
  • Jarang berolahraga/sedentary.
  • Stres.
  • Apnea tidur, atau berhenti bernapas selama beberapa saat ketika tidur.

Pencegahan

Untuk mencegah atau menunda berkembangnya atheroma, dapat dilakukan dengan cara mengurangi faktor risiko seperti mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat, seperti:

  • Melakukan diet jantung sehat dengan konsumsi minimal lemak jenuh.
  • Aktif bergerak dan beraktivitas.
  • Menjaga berat badan yang sehat dan ideal.
  • Membatasi konsumsi alkohol.
  • Berhenti merokok.

Gejala Atheroma

Pada kasus atheroma yang stabil, kondisi dapat berkembang selama bertahun-tahun tanpa adanya gejala yang dirasakan dari adanya penumpukan zat-zat yang menjadi plak ini. Gejala biasanya baru akan muncul bila pembuluh darah arteri sudah 70% tersumbat. Sementara itu, gejala yang tampak bergantung pada pembuluh arteri bagian mana yang tersumbat, seperti:

  • Nyeri dada atau angina pektoris, bila yang terkena pembuluh arteri pada jantung.
  • Nyeri pada kaki saat beraktivitas, ketika pembuluh arteri pada panggul dan kaki terdampak.
  • Kelemahan pada anggota tubuh dan berbicara pelo atau menjadi tidak jelas, bila pembuluh arteri menuju otak yang tersumbat.
  • Sakit perut setelah makan, ketika terjadi pada pembuluh arteri menuju usus.
  • Peningkatan tekanan darah, saat pembuluh arteri menuju ginjal tersumbat.

Diagnosis Atheroma

Dokter dapat mendiagnosis adanya atheroma yang menyebabkan terjadinya aterosklerosis dari beberapa macam pemeriksaan, yaitu:

  • Ultrasonografi (USG) Doppler, yaitu penggunaan gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk memeriksa aliran darah dan mencari adanya penyumbatan pada pembuluh darah.
  • Ekokardiogram, dapat memberikan pencitraan bagaimana darah mengalir dan apakah terdapat sumbatan pembuluh darah.
  • Computed tomography (CT) scan angiografi, untuk mencari penyempitan pembuluh darah arteri.

Penanganan Atheroma

Langkah pertama yang dapat dilakukan untuk mencegah kerusakan akibat atheroma adalah mengobati beberapa faktor risiko, seperti mengonsumsi:

  • Statin, untuk menurunkan kadar kolesterol.
  • Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor, untuk menurunkan tekanan darah tinggi.
  • Obat-obatan pengontrol glukosa, untuk mengobati diabetes.

Atheroma tidak dapat sepenuhnya dihilangkan bila sudah telanjur menumpuk di pembuluh arteri, tetapi melalui beberapa perawatan dan prosedur medis, ukurannya dapat dikurangi. Dalam beberapa kasus yang lebih serius, beberapa prosedur operasi dapat dilakukan untuk mengangkat atheroma dari pembuluh darah arteri, misalnya:

  • Angioplasti, yaitu pelebaran pembuluh arteri menggunakan alat semacam balon yang dimasukkan menggunakan kateter.
  • Operasi bypass jantung, dilakukan dengan membuat jalan pintas untuk mengembalikan aliran darah bila pembuluh arteri di jantung yang tersumbat tidak dapat diperbaiki.
  • Endarterektomi karotis, yaitu prosedur pengangkatan plak pada pembuluh arteri karotis di leher yang mengalirkan darah menuju otak.

Pertanyaan Umum Seputar Atheroma

Seberapa Seriuskah Atheroma?

Atheroma bisa berbahaya, karena:

  • Secara bertahap, atheroma mengambil lebih banyak tempat di dalam pembuluh darah arteri dan menyisakan sedikit ruang bagi darah untuk mengalir.
  • Atheroma dapat pecah dan membentuk gumpalan darah yang kemudian dapat menyumbat pembuluh darah di tempat yang sama atau mengalir dan menyumbat pembuluh darah yang lebih kecil di tempat lain.

Dengan kondisi itu, atheroma dapat mengakibatkan komplikasi, seperti serangan jantung atau stroke.

Apabila Anda perlu berkonsultasi tentang gejala, perawatan, atau pengobatan atheroma di dalam atau luar negeri, Anda dapat menghubungi OperasiJantung.id di nomor Whatsapp 0877-8777-8614.

Sumber:

  1. Atheroma: Causes, Treatment, and More. https://www.healthline.com/health/atheroma. Diakses pada 25 Oktober 2022.
  2. Atherosclerotic plaque in arteries overview –  Heart Research Institute. https://www.hri.org.au/health/learn/cardiovascular-disease/atherosclerotic-plaque. Diakses pada 25 Oktober 2022.
  3. Atheroma: What It Is, Causes and Treatment. https://my.clevelandclinic.org/health/articles/24038-atheroma. Diakses pada 25 Oktober 2022.

(Artikel ini telah direview oleh dr. Albert Novianto, Care Pro dan Dokter Umum di Kavacare)

× Hubungi Via WhatsApp