Aterosklerosis

Aterosklerosis

Tentang Aterosklerosis

Aterosklerosis adalah kondisi di mana terjadi penumpukan plak pada dinding pembuluh darah arteri. Plak merupakan zat bersifat lengket yang terbentuk dari lemak, kolesterol, kalsium dan senyawa-senyawa lain dalam aliran darah. Penumpukan plak ini kemudian mengakibatkan pembuluh darah arteri menebal dan menyempit. Plak ini pun bisa pecah dan menyebabkan adanya gumpalan darah yang dapat menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah yang dilalui. Pembuluh darah juga berkurang elastisitasnya, cenderung lebih keras, dan mudah pecah.

Jenis-Jenis

Meskipun aterosklerosis dianggap sebagai masalah jantung dan pembuluh darah, kondisi ini bisa terjadi pada arteri di bagian mana pun di dalam tubuh. Dilansir dari NIH, istilah-istilah yang digunakan berdasarkan letak pembuluh darah arteri yang mengalami kondisi ini*, antara lain:

  • Penyakit jantung koroner (coronary artery disease/CAD), bila penumpukan plak terjadi di arteri jantung.
  • Penyakit arteri perifer (peripheral artery disease/PAD), bila terjadi pada arteri di kaki, tapi bisa juga menumpuk di lengan atau panggul.
  • Penyakit arteri karotis (carotid artery disease), adalah kondisi penumpukan plak pada arteri di leher.
  • Stenosis arteri renalis (renal artery stenosis), merupakan bentuk sumbatan plak yang terjadi pada arteri yang menyuplai darah menuju ginjal.
  • Penyakit arteri vertebralis (vertebral artery disease), bila penumpukan plak terjadi pada arteri yang menyuplai darah ke bagian belakang otak.
  • Iskemia arteri mesenterika (mesenteric artery ischemia), adalah kondisi sumbatan yang terjadi pada arteri yang mengalirkan darah menuju usus.

Penyebab dan Faktor Risiko

Penumpukan plak pada pembuluh darah arteri bermula dari kerusakan dari arteri. Sel yang terlibat dalam proses peradangan bergerak menuju area arteri yang rusak dan menghasilkan sinyal kimia. Sinyal ini menyebabkan kolesterol dan sel buangan berkumpul ke dinding pembuluh darah arteri yang mengalami kerusakan. Kondisi ini menarik sel darah putih untuk memakan kolesterol tersebut dan menggumpal bersama, sehingga membentuk plak yang tertimbun di bawah dinding pembuluh darah.

Faktor yang meningkatkan risiko terjadinya kerusakan arteri yang kemudian berujung pada penumpukan plak ini, antara lain:

  • Berusia lanjut, pada pria di atas usia 45 tahun, sedangkan wanita di atas 55 tahun.
  • Riwayat penyakit jantung pada keluarga.
  • Pola makan yang tidak sehat, yang banyak mengonsumsi makanan tinggi lemak, garam, dan gula.
  • Menderita diabetes.
  • Memiliki tekanan darah tinggi.
  • Memiliki kadar kolesterol tinggi.
  • Memiliki kadar trigliserida tinggi.
  • Memiliki kadar CRP (C-reactive protein) tinggi, merupakan penanda peradangan.
  • Kurang berolahraga, karena meningkatkan risiko terjadinya tekanan darah tinggi dan tingginya kadar kolesterol dalam tubuh.
  • Kelebihan berat badan/obesitas, karena besar risikonya terjadi penumpukan plak dari lemak yang ditimbun oleh tubuh.
  • Mengalami apnea tidur, yaitu gangguan di mana pernapasan terhenti beberapa saat ketika tidur.
  • Memiliki kebiasaan merokok/kerap terpapar asap rokok.
  • Kebiasaan mengonsumsi  alkohol. 

Pencegahan

Dengan menerapkan kebiasaan hidup sehat, dapat mengurangi risiko terjadinya aterosklerosis karena penting untuk mengontrol kadar lemak dan kolesterol yang masuk ke dalam tubuh. Gaya hidup tersebut, antara lain:

  • Berhenti merokok.
  • Mengonsumsi makan-makanan yang sehat, seperti buah dan sayur-sayuran.
  • Mengurangi konsumsi alkohol.
  • Berolahraga secara rutin, paling tidak melakukan aerobik 150 menit seminggu, perbanyak jalan kaki dan naik turun tangga.
  • Menjaga berat badan yang ideal.
  • Rutin memeriksa dan menjaga tekanan darah yang sehat (100/60mmHg sampai 130/80mmHg).
  • Rutin memeriksa dan menjaga kadar kolesterol dan kadar gula dalam darah pada batas normal.

Gejala Aterosklerosis

Aterosklerosis seringnya tidak menunjukkan gejala sebelum pembuluh darah arteri sudah sangat sempit atau tersumbat seluruhnya. Banyak orang bahkan tidak sadar memiliki kondisi ini sampai terjadi kondisi darurat medis, seperti serangan jantung atau stroke. 

Gejala aterosklerosis sedang hingga parah bergantung pada pembuluh darah arteri mana yang mengalami kondisi ini, misalnya:

  • Bila terjadi di jantung, pasien mungkin akan merasakan nyeri atau seperti ditekan dan berat pada dada.
  • Bila terjadi pada arteri menuju otak, penderita mungkin akan mengalami kebas atau lemah pada lengan atau kaki, kesulitan bicara, buta sementara pada sebelah mata, atau otot terkulai pada wajah yang berhubungan dengan bagian otak yang menderita.
  • Bila terjadi di lengan dan kaki, pasien mungkin akan mengalami nyeri pada kaki saat berjalan atau menurunnya tekanan darah pada kaki yang terkena.
  • Bila terjadi pada arteri menuju ginjal, yang dirasakan mungkin adalah naiknya tekanan darah atau gagal ginjal.

Diagnosis Aterosklerosis

Untuk menentukan apakah seseorang berisiko tinggi dan mungkin menderita aterosklerosis serta komplikasinya atau tidak, diperlukan beberapa pemeriksaan, antara lain:

  • Wawancara singkat mengenai riwayat medis dan riwayat penyakit keluarga.
  • Pemeriksaan fisik.
  • Tes darah, untuk memeriksa kadar lemak, kolesterol, gula dan protein di dalam darah.
  • Angiografi, untuk menentukan lokasi penyumbatan dan mengukur area terdampak.
  • Ankle/brachial index (ABI), untuk membandingkan tekanan darah pada pergelangan kaki dengan lengan.
  • Elektrokardiogram, untuk mengukur aktivitas, detak, dan ritme jantung.
  • Scan koroner kalsium, untuk mencari penumpukan plak kalsium.
  • Tes treadmill, untuk mengukur fungsi jantung ketika beraktivitas/berjalan di atas treadmill.
  • Tes pencitraan yang lain, seperti penggunaan sinar-X, MRI, PET scan, atau CT scan.

Pengobatan Aterosklerosis

Penanganan untuk penyakit ini biasanya melibatkan perubahan gaya hidup seperti berhenti merokok, menerapkan pola makan yang sehat dan berolahraga lebih sering.

Selain itu, pengobatan dan prosedur tindakan masih bisa diperlukan, seperti:

  • Pemberian obat-obatan, seperti statin untuk memperlambat atau menghentikan laju penumpukan plak, atau aspirin untuk membantu mengencerkan darah agar tidak terjadi penggumpalan darah.
  • Angioplasti koroner, yaitu membuka pembuluh darah arteri yang tersumbat.
  • Operasi bypass jantung, yaitu pembuatan jalan pintas untuk aliran darah menggunakan saluran baru yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah.
  • Endarterektomi karotis, yaitu pengangkatan plak dari arteri di leher.
  • Rotational atherectomy, yaitu penggunaan alat seperti bor sangat kecil yang disebut rotablator, untuk menghancurkan tumpukan plak dengan bantuan kawat penuntun*.

Pertanyaan Seputar Aterosklerosis

Apakah Aterosklerosis Bisa Disembuhkan?

Jika Anda pernah mengalami penyumbatan pembuluh darah arteri sebelumnya, penyumbatan tersebut seringkali tidak dapat dibersihkan seluruhnya. Tetapi dengan pengobatan dan perubahan gaya hidup yang lebih sehat, Anda bisa memperlambat atau menghentikan pembentukan plak. 

Apabila Anda perlu berkonsultasi tentang penanganan atau perawatan aterosklerosis, Anda dapat menghubungi OperasiJantung.id di nomor Whatsapp 0877-8777-8614.

Sumber:

  1. Arteriosclerosis / atherosclerosis – Symptoms and causes – Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/arteriosclerosis-atherosclerosis/symptoms-causes/syc-20350569. Diakses pada 2 September 2022.
  2. Atherosclerosis: Causes, Symptoms, Risks & Tests. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/16753-atherosclerosis-arterial-disease. Diakses pada 2 September 2022.
  3. Atherosclerosis – Treatment | NHLBI, NIH. https://www.nhlbi.nih.gov/health/atherosclerosis/treatment. Diakses pada 2 September 2022.
  4. Atherosclerosis (arteriosclerosis) – NHS. https://www.nhs.uk/conditions/atherosclerosis/. Diakses pada 2 September 2022.
  5. Atherosclerosis: Symptoms, Causes, Diagnosis, and Treatment. https://www.webmd.com/heart-disease/what-is-atherosclerosis. Diakses pada 2 September 2022.
  6. Rotablator – Glendale Heart Institute | Cardiology | Best Cardiology Los Angeles. http://glendaleheart.com/rotablator/. Diakses 13 Januari 2023.

(Artikel ini telah direview oleh dr. Eddy Wiria, PhD., Co-Founder & CEO Kavacare)