Operasi Jantung

Pengobatan Jantung

Ablasi Kateter

Ablasi Kateter

Apa Itu Ablasi Kateter?

Ablasi kateter adalah sebuah prosedur medis minimal invasif yang dilaksanakan untuk mengatasi masalah irama detak jantung (aritmia) dengan menciptakan luka kecil di dalam jantung. Luka kecil ini dibuat menggunakan gelombang panas atau dingin yang disalurkan melalui kateter, dan berfungsi untuk menghentikan sinyal elektrik tak beraturan yang menjadi pemicu dari aritmia.

Kapan Dibutuhkan?

Siapa Saja yang Membutuhkannya?

Tindakan ablasi kateter dapat menjadi pilihan tepat bagi seseorang dengan kondisi, seperti:

  • Menderita aritmia.
  • Telah menjalani metode pengobatan lain untuk mengatasi aritmia, tetapi tidak berhasil.
  • Mengalami efek samping yang serius akibat metode pengobatan lain.
  • Menderita jenis aritmia yang cocok diatasi menggunakan metode ablasi, seperti sindrom Wolff-Parkinson-White atau takikardia supraventrikular.
  • Memiliki riwayat kesehatan yang meningkatkan peluang munculnya risiko komplikasi seperti serangan jantung.

Kontraindikasi

Terdapat beberapa kondisi yang mungkin dapat menjadi kontraindikasi dan mungkin perlu mencari alternatif dari prosedur ini, seperti:

  • Adanya kemungkinan terjadi DVT (deep vein thrombosis) dan PAD (peripheral artery disease) bila dokter memasukkan kateter pada pembuluh darah di kaki.
  • Adanya kemungkinan emboli bila pasien memiliki penggumpalan darah pada jantung.
  • Memiliki kelainan perdarahan, seperti mudah terluka dan berdarah, atau koagulopati.

Manfaat Ablasi Kateter

Prosedur ini merupakan prosedur invasif minimal yang biasanya tidak memerlukan waktu rawat inap terlalu lama di rumah sakit. Prosedur ini dapat menawarkan kesuksesan di luar terapi medis bagi banyak orang.

Jika Anda memiliki aritmia yang tidak dapat ditangani dengan obat-obatan, ablasi dapat mengembalikan fungsi jantung normal dan bahkan dapat menyelamatkan nyawa dalam beberapa kasus.

Risiko Ablasi Kateter

Meskipun tindakan ablasi kateter memiliki risiko yang rendah, prosedur ini memiliki beberapa risiko kekurangan, seperti:

  • Harus melakukan prosedur berulang.
  • Prosedur tidak dapat mengatasi permasalahan yang dialami.
  • Masih memerlukan obat-obatan untuk mengatasi palpitasi yang mungkin masih terjadi.
  • Munculnya aritmia lain.
  • Perlunya memerlukan obat pengencer darah untuk mencegah terjadinya stroke.

Prosedur Ablasi Kateter

Tahap Pelaksanaan Prosedur Ablasi Kateter

Ablasi kateter umumnya dilakukan di rumah sakit, dan seorang tenaga medis biasanya akan memberikan pasien obat-obatan sedatif melalui injeksi intravena (IV) agar pasien dapat merasa rileks.

Sebelum prosedur ablasi kateter dilaksanakan, terdapat satu prosedur penting yang wajib dilakukan terlebih dahulu untuk menentukan di mana saja ablasi kateter dapat dilakukan, yakni studi elektrofisiologi (EP). Prosedur ini juga berguna untuk mengetahui penyebab dari aritmia yang diderita oleh pasien.

Ablasi kateter kemudian dimulai dengan dimasukkannya kateter, yakni selang tipis dan fleksibel yang berfungsi untuk mengirim impuls elektrik serta merekam aktivitas elektrik jantung, melalui pembuluh darah menuju jantung.

Prosedur ablasi kateter umumnya menggunakan lebih dari satu kateter yang dimasukkan melalui area selangkangan, meskipun terkadang juga dapat dimasukkan melalui bahu atau leher. Cairan kontras juga dapat diinjeksikan ke dalam tubuh pasien melalui kateter untuk memperjelas gambaran pembuluh darah yang terpampang pada X-ray.

Terdapat dua teknik ablasi kateter yang dapat dilakukan untuk memperbaiki irama jantung pasien, di antaranya adalah dengan menggunakan gelombang panas dari radiofrekuensi, atau dengan gelombang sangat dingin melalui krioablasi.

Teknikablasi kateter yang digunakan bergantung pada jenis aritmia yang diderita pasien, begitu juga dengan durasi tindakan ablasi yang dapat bervariasi antara tiga hingga enam jam.

Setelah tindakan selesai, pasien akan dipindahkan ke ruang pemulihan untuk beberapa jam guna memantau kondisi pasca tindakan. Pasien dapat kembali beraktivitas seperti biasa dalam beberapa hari setelah tindakan ablasi kateter dilakukan.

Setelah Ablasi Kateter: Apa yang Harus Dilakukan?

Perawatan

Setelah ablasi kateter dilakukan, penting bagi pasien untuk terus melakukan pengecekan jantung secara berkala. Hal ini perlu dilakukan sebab walaupun irama detak jantung telah kembali normal pasca ablasi kateter, gejala-gejala abnormal dapat tetap kembali muncul.

Dengan melakukan pengecekan jantung secara rutin, pasien dapat mengurangi risiko penurunan kondisi jantung. Selain itu, pasien juga dianjurkan untuk mengadopsi gaya hidup yang lebih sehat guna meningkatkan kesehatan dan mencegah terulangnya gejala aritmia.

Komplikasi yang Mungkin Terjadi

Ablasi kateter adalah sebuah tindakan medis minimal invasif yang aman dan rendah risiko. Meskipun demikian, komplikasi tetap dapat terjadi dalam kasus-kasus langka. Beberapa risiko komplikasi yang dapat dialami oleh pasien setelah menjalani tindakan ablasi kateter, yaitu:

  • Penggumpalan darah pada pembuluh arteri di kaki, jantung, atau otak.
  • Kerusakan pada area arteri di mana kateter dimasukkan.
  • Kerusakan pada katup jantung.
  • Kerusakan pada pembuluh darah yang membawa darah ke jantung (arteri koroner).
  • Fistula atrium esofagus (sambungan abnormal yang terbentuk antara esofagus dan jantung).
  • Cairan di sekitar jantung (tamponade jantung).
  • Serangan jantung.
  • Kerusakan pada saraf vagus atau frenik.

Perubahan Gaya Hidup yang Diperlukan

Untuk mencegah terulangnya gejala aritmia pasca ablasi kateter, pasien disarankan untuk melakukan beberapa perubahan gaya hidup, seperti:

  • Mengontrol berat badan dan menjaga berat badan ideal.
  • Berhenti merokok, karena nikotin dapat mempersempit pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih keras dari seharusnya.
  • Mengontrol tekanan darah secara rutin.
  • Makan makanan sehat, seperti buah-buahan, sayur, dan biji-bijian utuh yang rendah lemak jenuh, kolesterol, dan sodium, dan mengurangi konsumsi makanan berkolesterol tinggi serta meminum obat-obatan kolesterol bila diperlukan.
  • Mengontrol asupan gula, terutama bagi penderita diabetes.
  • Menghindari konsumsi alkohol dan kafein yang berlebihan.
  • Mengontrol stres dan emosi.
  • Pasien yang mengalami aritmia serta memiliki masalah tidur apnea atau gangguan tiroid disarankan untuk melakukan pengobatan, karena kedua kondisi tersebut dapat memicu timbulnya aritmia.
  • Rajin berolahraga minimal 30 hingga 60 menit setiap harinya. Berolahraga secara rutin dapat membantu mengontrol diabetes, kolesterol tinggi, dan tekanan darah tinggi. Namun, penting bagi pasien untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu untuk menyusun program olahraga yang sesuai dengan riwayat kesehatan masing-masing.

Pertanyaan Umum Seputar Ablasi Kateter

Apakah Ada Alternatif Penanganan Aritmia Lain Selain Ablasi Kateter?

Selain ablasi kateter, Anda dapat menjalani prosedur medis kardioversi elektrik untuk mengatasi aritmia yang diderita.

Kardioversi elektrik merupakan tindakan medis yang bertujuan untuk mengembalikan irama detak jantung yang tidak normal dengan cara memberikan kejutan listrik yang cepat dan berenergi rendah pada dada pasien, yang dilakukan hanya pada kondisi gawat darurat. Anda juga dapat mengonsumsi obat-obatan guna menstabilkan kembali irama detak jantung yang abnormal. 

Selain itu, Anda juga dapat menggunakan implan untuk mengatasi masalah aritmia, seperti alat pacu jantung atau implan defibrilator kardioverter (ICD). Operasi jantung terbuka juga dapat dilakukan untuk menghancurkan jaringan dalam jantung yang menyebabkan aritmia.

Apakah Ablasi Kateter Dapat Menyembuhkan Aritmia Secara Total?

Ablasi kateter tidak dapat menyembuhkan aritmia secara total. Anda masih perlu melakukan pengawasan terhadap irama jantung pasca tindakan, dan mungkin perlu menjalani perawatan tambahan bila gejala aritmia kembali muncul.

Selain itu, Anda juga mungkin masih perlu mengonsumsi obat-obatan jantung untuk menjaga irama jantung agar tetap stabil setelah ablasi dilakukan.

Berapa Biaya Prosedur Ablasi Kateter?

Biaya prosedur ablasi kateter dapat bervariasi dari 108 juta rupiah hingga 180 juta rupiah, tergantung dengan jenis dan tingkat keparahan aritmia yang diderita pasien. Selain itu, biaya juga dapat dipengaruhi oleh rumah sakit di mana tindakan ini akan dilakukan.

Anda dapat menghubungi OperasiJantung.id di nomor Whatsapp 0877-8777-8614 untuk konsultasi gratis mengenai tindakan ablasi kateter di dalam maupun luar negeri. Dapatkan rekomendasi rumah sakit dan dokter, perhitungan estimasi biaya, hingga pengaturan janji temu dan akomodasi.

Sumber:

  1. Catheter Ablation – StatPearls – NCBI Bookshelf. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470203/. Diakses 10 Agustus 2023.
  2. Cardiac ablation – Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/cardiac-ablation/about/pac-20384993. Diakses 28 April 2023.
  3. Cardiac ablation procedures : MedlinePlus Medical Encyclopedia. https://medlineplus.gov/ency/article/007368.htm. Diakses 28 April 2023.
  4. Pros and Cons of Medication vs. Ablation for Atrial Fibrillation | Everyday Health. https://www.everydayhealth.com/atrial-fibrillation/treatment/pros-cons-medication-ablation-atrial-fibrillation/. Diakses 28 April 2023.
  5. LIFE AFTER CATHETER ABLATION – (ourheartdr.com). https://ourheartdr.com/heart-health/about-catheter-ablation/treatment-options-catheter-ablation-for-atrial-fibrillation/life-after-catheter-ablation/. Diakses 28 April 2023.
  6. Biaya Pasang Alat Pacu Jantung dan Ablasi di Eka Hospital (suara.com). https://www.suara.com/health/2021/09/16/170558/biaya-pasang-alat-pacu-jantung-dan-ablasi-di-eka-hospital. Diakses 28 April 2023.

(Artikel ini telah direview oleh dr. Keyvan Fermitaliansyah, Care Pro dan Dokter Umum di Kavacare)

Anticoagulant

Anticoagulant

Normalnya darah memiliki kemampuan untuk membeku. Pembekuan darah ini dilakukan otomatis untuk menghentikan perdarahan pada luka. Namun pembekuan darah juga bisa terjadi secara abnormal dan mengganggu fungsi-fungsi tubuh, misalnya menyumbat pembuluh darah atau muncul di organ lain. Untuk menangani kondisi ini, diberikan obat antipembekuan darah atau anticoagulant.

Berikut informasi lengkap mengenai obat anticoagulant.

Apa Itu Anticoagulant?

Normalnya darah memiliki kemampuan hemostasis atau pembentukan gumpalan. Hemostasis terbagi menjadi 4 fase.

Fase pertama adalah respons cedera dengan pembentukan sumbatan oleh trombosit, fase kedua aktivasi proenzim yang memastikan aliran darah tidak melewati area cedera, fase ketiga adalah luruhnya gumpalan agar darah tetap bisa mengalir, dan terakhir fase ke empat di mana zat fibrin mengelilingi sumbatan trombosit, sekaligus proses penyembuhan luka.

Anticoagulant adalah sekelompok obat-obatan yang mengurangi kemampuan pembekuan darah. Obat ini akan memicu tubuh meluruhkan gumpalan darah yang telah ada atau mencegah penggumpalan baru.

Anticoagulant memiliki berbagai bentuk, seperti injeksi, obat infus, dan obat-obatan yang dikonsumsi secara oral. Seringkali antigoagulant diberikan untuk menangani kondisi-kondisi yang mengancam nyawa, seperti stroke, serangan jantung, dan emboli paru.

Jenis-jenis Anticoagulant

Jenis anticoagulant yang paling banyak diresepkan adalah warfarin. Selain itu ada beberapa jenis obat antikoagulasi, yaitu:

  • Rivaroxaban (Xarelto)
  • Dabigatran (Praxada)
  • Apixaban (Eliquis)
  • Edoxaban (Lixiana)

Warfarin dan jenis-jenis alternatif anticoagulant terbaru biasanya berbentuk tablet. Ada pula jenis anticoagulant yang bisa diberikan dalam bentuk injeksi, yaitu heparin.

Siapa yang Membutuhkan Anticoagulant?

Anticoagulant dibutuhkan oleh orang-orang yang berisiko mengalami penggumpalan darah atau telah mengalami kondisi tersebut. Ketika pembekuan darah terjadi secara abnormal dan gumpalan darah tersebut terus bergerak di dalam pembuluh darah, berisiko terjadi masalah kesehatan serius.

Gumpalan darah terlalu besar bisa menyumbat pembuluh yang lebih sempit. Jika pembuluh ini terletak di lokasi vital, bisa terjadi penyumbatan yang memicu organ-organ penting kekurangan asupan darah*.

Sumbatan akibat penggumpalan darah bisa menyebabkan masalah-masalah kesehatan serius seperti:

  • Stroke, gumpalan darah sangat berbahaya jika mencapai otak. Gumpalan ini sangat mudah menyumbat pembuluh-pembuluh darah berukuran kecil pada otak
  • Emboli paru, kondisi ini terjadi ketika gumpalan darah terjebak dan menyumbat pembuluh darah arteri di paru-paru. Jika sumbatan ini sangat parah, emboli paru bisa mengancam nyawa
  • Serangan jantung (infark miokard), serangan jantung terjadi saat arteri yang berfungsi sebagai saluran suplai darah tersumbat oleh gumpalan darah. Serangan jantung juga bisa mengancam nyawa
  • Pengguna katup jantung buatan, obat antipembekuan darah yang berinteraksi dengan vitamin K diberikan pada pasien dengan katup jantung buatan*
  • Aneurisma bilik kiri jantung, komplikasi dari serangan jantung, timbulnya tonjolan pada bilik jantung*
  • Tromboemboli vena, pembentukan gumpalan darah pada pembuluh darah vena. Anticoagulant juga diberikan untuk pencegahan kondisi ini*

Anticoagulant bisa melindungi orang-orang dengan kondisi atau penyakit yang bisa menyebabkan terjadinya gangguan terkait penggumpalan darah tersebut.

Maka pasien-pasien dengan kondisi ini biasanya diresepkan anticoagulant:

  • Fibrilasi atrial, kondisi di mana terjadi detak jantung yang tidak normal. Pada kondisi ini, darah bisa menumpuk di kamar atas jantung akibat detak jantung terlalu cepat dan tidak efektif memompa darah. Penumpukan darah ini bisa menyebabkan penggumpalan dan meningkatkan risiko stroke
  • Penggantian atau operasi saluran jantung, beberapa jenis penggantian saluran jantung bisa meningkatkan risiko timbulnya penggumpalan darah
  • Operasi penggantian lutut atau panggul, operasi penggantian sendi bisa meningkatkan risiko terjadinya penggumpalan darah di pembuluh-pembuluhh yang terletak pada kaki. Kondisi ini bisa memicu emboli paru
  • Kelainan pembekuan darah, ada beberapa kondisi medis yang menyebabkan kelainan pada kemampuan pembekuan darah. Kelainan-kelainan ini bisa dipicu faktor genetik.

Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Menggunakan Anticoagulant

Anticoagulant tidak dianjurkan diberikan pada pasien dengan kondisi:

  • Perdarahan aktif
  • Gangguan perdarahan atau koagulopati
  • Baru menjalani operasi besar
  • Perdarahan akut di dalam tengkorak
  • Trauma berat

Jika Anda diresepkan anticoagulant, penggunaannya harus selalu mengikuti aturan dari dokter. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti:

1. Menjalani Operasi

Pada pasien yang perlu mengonsumsi anticoagulant tetapi harus menjalani operasi atau prosedur-prosedur invasif lainnya, harus memberitahukan dokter mengenai obat yang dikonsumsi. Prosedur ini termasuk endoskopi, sistoskopi, serta prosedur pada gigi dan mulut.

Obat antikoagulasi mengurangi kemampuan pembekuan darah, maka menjalani prosedur invasif meningkatkan risiko terjadinya perdarahan lebih parah. Kemungkinan dokter akan menganjurkan pasien menghentikan lebih dulu konsumsi anticoagulant sebelum prosedur invasif dilakukan.

2. Kehamilan

Penggunaan obat ini pada kehamilan harus sangat diperhatikan. Ibu hamil memiliki risiko 5 kali lipat mengalami penggumpalan darah pada pembuluh darah vena dengan peningkatan hingga 20 kali lipat saat masa nifas.

Anticoagulant jenis warfarin biasanya tidak dianjurkan dikonsumsi ibu hamil karena dapat mempengaruhi kondisi janin. Risiko yang dapat timbul seperti cacat lahir atau perdarahan hebat dari plasenta dan janin.

Obat antikoagulasi mungkin bisa dikonsumsi pada trimester kedua kehamilan. Namun obat ini tidak boleh diberikan pada trimester pertama dan ketiga.

Sebaiknya hindari kehamilan jika masih perlu mengonsumsi anticoagulant. Namun jika terjadi kehamilan pada saat proses pengobatan, segera hubungi dokter untuk menghentikan obat atau mengubah dosis.

3. Menyusui

Anticoagulant seperti warfarin dan heparin aman diberikan saat menyusui, tetapi sebaiknya dikonsultasikan lebih dulu pada bidan atau dokter.

Jenis obat antikoagulasi yang tidak bisa diberikan pada ibu menyusui adalah Apixaban, Dabigatran, Edoxaban, dan Rivaroxaban. Obat-obatan ini belum memiliki dukungan studi yang membuktikan jika mereka aman dikonsumsi saat menyusui.

4. Menghindari Cedera

Mengonsumsi anticoagulant menyebabkan pasien lebih rentan mengalami perdarahan jika terjadi cedera. Maka usahakan untuk menghindari cedera minor serta tergores.

Pasien harus lebih berhati-hati saat menggosok gigi, mencukur, menghindari gigitan serangga, serta mencegah terjadinya insiden saat menggunakan benda-benda tajam atau ketika berolahraga.

5. Reaksi dengan Obat-obatan Lain

Pasien yang mengonsumsi anticoagulant harus menginformasikan pada dokter sebelum menerima atau mengonsumsi resep obat maupun suplemen lainnya. Hal ini karena anticoagulant bisa bereaksi dengan jenis obat, suplemen, atau bahan herbal.

Beberapa jenis obat yang bisa mempengaruhi efektivitas anticoagulant jika dikonsumsi berbarengan yaitu:

  • Antibiotik
  • Antidepresan
  • Obat-obatan untuk meredakan inflamasi (steroid)
  • Obat-obata untuk epilepsi
  • Obat antiinflamasi nonsteroidal (OAINS), seperti ibuprofen.

6. Makanan dan Minuman

Penting untuk menerapkan pola makan sehat dan seimbang yang terdiri dari banyak buah serta sayuran jika pasien mengonsumsi anticoagulant. Namun perlu diperhatikan jumlah sayur-sayuran hijau atau makanan yang tinggi kandungan vitamin K, karena bisa mempengaruhi kinerja anticoagulant jenis warfarin.

Konsumsi alkohol pun perlu diperhatikan selama masih menjalani terapi pengobatan dengan anticoagulant jenis warfarin. Alkohol bisa mempengaruhi efektivitas warfarin.

Konsultasikan lebih detail tentang pola makan selama mengonsumsi warfarin dengan dokter atau tenaga kesehatan medis profesional yang menangani Anda.

Aturan Penggunaan Anticoagulant

Anticoagulant adalah obat yang diberikan dan dikonsumsi berdasarkan resep dokter. Maka cara menggunakannya akan dijelaskan oleh dokter atau suster yang menangani Anda, termasuk dosis serta kapan anticoagulant perlu diminum.

Kebanyakan obat ini dikonsumsi dalam bentuk tablet atau kapsul dengan dosis 1 – 2 kali sehari, dianjurkan dikonsumsi bersama dengan air atau makanan.

Berapa lama pasien perlu mengonsumsi anticoagulant berbeda-beda pada setiap individu, tergantung kondisi penyebabnya. Banyak pasien harus mengonsumsi obat ini seumur hidup.

Cara Kerja Anticoagulant

Normalnya tubuh memiliki kemampuan untuk membekukan dan mencegah terjadinya pembekuan darah. Jika darah tidak bisa membeku dengan cepat, cedera atau luka bisa menyebabkan perdarahan parah. Namun jika darah terlalu cepat membeku, bisa terjadi penggumpalan darah yang membahayakan.

Ada komponen dalam darah yang bekerja untuk menjaga proses pembekuan darah berjalan sesuai situasi. Jika proses ini berjalan dengan baik, maka pembekuan darah sangat membantu dalam menjaga kondisi tubuh, melindungi luka dari terjadinya infeksi.

Anticoagulant bekerja dengan mengintervensi proses pembekuan darah. Obat ini mencegah atau membatalkan pembekuan darah. Tergantung jenisnya, anticoagulant menghambat pembekuan darah dengan berbagai proses.

Efek Samping Anticoagulant

Mengonsumsi anticoagulant memiliki efek samping seperti pasien lebih mudah mengalami perdarahan. Hal ini bisa menimbulkan kondisi seperti*:

  • Urine dan feses berdarah, feses bisa berwarna kehitaman
  • Memar parah
  • Mimisan yang lebih lama
  • Gusi berdarah
  • Muntah atau batuk berdarah
  • Perdarahan haid yang lebih deras
  • Dispepsia
  • Napas pendek, sesak napas
  • Pusing dan sakit kepala
  • Nyeri perut
  • Gejala-gejala seperti gastritis.

Anda dapat menghubungi OperasiJantung.id di nomor Whatsapp 0877-8777-8614 untuk konsultasi gratis mengenai penggunaan anticoagulant. Dapatkan konsultasi dengan tenaga medis ahli dan profesional dari rumah Anda.

SUMBER:

  1. Anticoagulant medicines. https://www.nhs.uk/conditions/anticoagulants/ diakses 18 Februari 2023
  2. Anticoagulants (Blood Thinners): What They Do, Types and Side Effects. https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/22288-anticoagulants diakses 18 Februari 2023
  3. Anticoagulation. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560651/ diakses 31 Maret 2023
  4. Anticoagulants: A Review of the Pharmacology, Dosing, and Complications. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3654192/ diakses 31 Maret 2023

(Artikel ini telah direview oleh dr. Keyvan Fermitaliansyah , Care Pro dan Dokter Umum di Kavacare)

Nitrogliserin

Nitrogliserin

Nitrogliserin adalah obat yang digunakan untuk mencegah angina atau nyeri dada yang timbul pada pengidap penyakit jantung koroner. Pada kasus serangan angina, nitrogliserin juga digunakan sebagai obat untuk meredakannya.

Berikut informasi lengkap mengenai penggunaan nitrogliserin.

Apa Itu Nitrogliserin?

Nitrogliserin termasuk dalam kelompok obat-obatan nitrat. Jenis obat ini paling banyak digunakan dalam bentuk tablet yang hanya bisa didapatkan dengan resep dokter. Pada dasarnya, efek dari nitrogliserin adalah relaksasi otot yang membantu melebarkan pembuluh darah.

Jika digunakan secara rutin dalam jangka panjang atau dikonsumsi sebelum melakukan aktivitas yang meningkatkan stres, nitrogliserin bisa mencegah terjadinya serangan angina.

Nitrogliserin bisa didapatkan dalam bentuk spray, tablet, kapsul lepas tunda, dan bubuk.

Siapa yang Membutuhkan Nitrogliserin?

Nitrogliserin bisa digunakan untuk menangani kondisi seperti:

  • Angina (angina pectoris, angina pectoris prophylaxis, angina Prinzmetal)
  • Infark miokard
  • Penyakit kardiovaskular
  • Tekanan darah tinggi
  • Penyakit jantung
  • Preeklampsia atau eklampsia
  • Penyakit jantung iskemik
  • Hipertensi dengan gagal jantung atau masalah ginjal
  • Robekan pada ujung usus besar atau terbentuknya saluran di ujung usus besar (fisura ani dan fistula ani).

Nitrogliserin tetapi tidak dianjurkan untuk pasien dengan kondisi:

  • Memiliki alergi nitrat
  • Mengonsumsi obat-obatan PDE inhibitor, seperti sildenafil dan tadalafil
  • Mengonsumsi obat untuk perawatan hipertensi arteri pulmonari dan hipertensi thromboembolik pulmonari kronis
  • Mengidap infark pada ventrikel kanan jantung
  • Kardiomiopati hipertrofi (penebalan otot jantung)

Secara umum, nitrogliserin digunakan untuk mengatasi angina. Angina adalah nyeri atau rasa tidak nyaman di dada yang disebabkan jantung tidak mendapat asupan darah yang cukup. Biasanya angina dirasakan seperti nyeri yang menekan dan sesak. Nyeri angina bisa dirasakan pada dada, leher, lengan (terutama lengan kiri), dan rahang bagian bawah.

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Penggunaan Nitrogliserin

Riwayat Alergi

Sebelum diresepkan nitrogliserin, pasien harus memberitahu dokter jika memiliki riwayat alergi baik pada nitrogliserin atau obat-obatan lainnya. Pasien juga harus memberitahu alergi lain yang dimiliki, seperti alergi pada makanan, pewarna, pengawet, atau hewan.

Nitrogliserin juga bisa bereaksi dengan obat-obatan, vitamin, atau obat herbal yang dikonsumsi. Interaksi ini bisa mengubah efektivitas dan cara kerja obat, bahkan menimbulkan efek berbahaya. Maka untuk mencegah terjadinya interaksi ini, pasien diharapkan untuk memberitahu secara lengkap obat-obatan, suplemen, dan obat herbal yang sedang dikonsumsi.

Obat yang Tidak Boleh Dikonsumsi Bersamaan dengan Nitrogliserin

Jenis obat-obatan yang tidak boleh dikonsumsi bersamaan dengan nitrogliserin karena bisa menimbulkan efek berbahaya antara lain:

  • Sildenafil, tadalafil, vardenafil, dan avanafil. Reaksi obat-obatan ini dengan nitrogliserin bisa menyebabkan tekanan darah terlalu rendah
  • Ergotamine, mengonsumsi obat ini bersama dengan nitrogliserin memicu nyeri dada lebih parah
  • Riociguat, interaksinya dengan nitrogliserin menyebabkan tekanan darah sangat rendah.

Selain itu, nitrogliserin sebaiknya tidak dikonsumsi bersamaan dengan obat-obatan untuk menangani kondisi depresi seperti amitriptyline, desipramine, dan doxepine. Efektivitas nitrogliserin bisa berkurang karena obat-obatan ini menyebabkan berkurangnya kadar air liur dan mulut lebih kering, sehingga nitrogliserin tidak bisa larut dan bekerja sebagaimana mestinya.

Efek samping nitrogliserin bisa lebih parah jika bereaksi dengan obat-obatan tertentu. Jika pasien mengonsumsi obat-obatan ini, sebaiknya informasikan ke dokter untuk dilakukan penyesuaian dosis, yaitu:

  • Acetylcysteine
  • Apomorphine
  • Aspirin
  • Dihydroergotamine
  • Pancuronium

Pasien yang mengonsumsi alkohol juga perlu menginformasikan pada dokter. Nitrogliserin bisa bereaksi dengan alkohol, memicu tekanan darah terlalu rendah.

Kondisi Tertentu

Ada beberapa kondisi medis yang perlu diperhatikan jika hendak mengonsumsi nitrogliserin karena ada kemungkinan memperburuk masalah kesehatan tersebut. Pasien dengan kondisi-kondisi ini sebaiknya memberitahu dokter:

  • Anemia
  • Tumor otak
  • Gagal atau syok fungsi sirkulasi
  • Serangan jantung
  • Cedera kepala, terutama dengan tekanan di area kepala
  • Gagal jantung kongestif
  • Penyakit jantung, seperti kardiomiopati hipertropik, perikarditis konstriktif
  • Tekanan darah rendah
  • Volume darah rendah atau hipovolemia.

Pada ibu hamil atau menyusui, sebaiknya konsultasikan lebih dulu pada dokter sebelum diresepkan nitrogliserin. Belum ada studi yang menemukan nitrogliserin berdampak pada kehamilan, tetapi perlu pertimbangan dokter untuk menggunakannya dalam keadaan hamil. Sedangkan pada ibu menyusui, perlu diketahui jika nitrogliserin bisa masuk ke ASI dan menyebabkan efek samping pada bayi yang meminumnya*.

Aturan Penggunaan Nitrogliserin

Nitrogliserin umumnya diberikan dalam bentuk tablet yang diserap secara sublingual, atau tidak boleh ditelan dan dikunyah. Tablet nitrogliserin hanya boleh diberikan sesuai arahan dokter. Biasanya tablet diletakkan di bawah lidah, kemudian dibiarkan larut dan diserap oleh air liur pada mulut*.

Ada 3 dosis nitrogliserin tablet sublingual, yaitu 0.3 mg, 0.4 mg, dan 0.6 mg. Dosis-dosis ini bisa diulang setiap 5 menit hingga nyeri reda. Jika nyeri angina masih terasa setelah 3 kali dosis, maka pertolongan medis harus segera diberikan*.

Pemberian dosis nitrogliserin dalam tablet sublingual biasanya ditentukan dari*:

  • Usia
  • Kondisi yang perlu ditangani
  • Seberapa parah kondisi pasien
  • Kondisi medis penyerta
  • Bagaimana reaksi pasien terhadap dosis pertama.

Selain itu nitrogliserin juga bisa diberikan secara intravena atau melalui infus. Pemberian nitrogliserin lewat infus paling sering dilakukan di IGD atau ICU.

Nitrogliserin diberikan secara intravena pada kondisi-kondisi seperti adanya gejala jantung koroner, kegawatan tekanan darah tinggi, dan gagal jantung kongestif. Pemberian nitrogliserin via infus harus dengan pengawasan ketat untuk mencegah terjadinya toleransi nitrat yang memicu berkurangnya efektivitas obat.

Pada pasien serangan angina akut, nitrogliserin bisa diberikan secara transdermal dalam bentuk salep 2%. 

Cara Kerja Nitrogliserin

Nitrogliserin termasuk klasifikasi obat yang disebut sebagai vasodilator. Obat-obatan vasodilator seringkali digunakan untuk menangani kondisi serupa.

Nitrogliserin bekerja dengan mengurangi ketegangan hingga otot-otot halus dan pembuluh darah menjadi rileks. Ketika otot dan pembuluh darah lebih rileks, maka aliran darah ke jantung meningkat, begitu pula oksigen yang sangat dibutuhkan. Kondisi ini kemudian dapat mengurangi beban kerja jantung. Jika beban kerja jantung berkurang, maka nyeri dada pun reda.

Efek Samping Nitrogliserin

Nitrogliserin dapat menimbulkan efek samping berupa pusing dalam beberapa jam pertama setelah diberikan. Efek samping lainnya seperti*:

  • Sakit kepala
  • Hilang keseimbangan, pusing
  • Lemas
  • Detak jantung lebih cepat
  • Mual
  • Muntah
  • Kulit lebih hangat dan tampak kemerahan
  • Muncul ruam

Efek samping ringan dapat menghilang dengan sendirinya setelah beberapa hari atau beberapa minggu. Namun jika efek samping terasa sangat mengganggu, sebaiknya pasien berkonsultasi pada dokter.

Segera hubungi dokter jika terjadi efek samping serius seperti tekanan darah rendah. Kondisi ini ditandai dengan pusing, pingsan, pandangan berkunang-kunang, mual, keringat dingin, dan napas pendek yang cepat.

Anda dapat menghubungi OperasiJantung.id di nomor Whatsapp 0877-8777-8614 untuk konsultasi gratis mengenai penggunaan nitrogliserin. Dapatkan konsultasi dengan tenaga medis ahli dan profesional dari rumah Anda.

SUMBER:

  1. Nitroglycerin (Oral Route, Sublingual Route) Description and Brand Names. https://www.mayoclinic.org/drugs-supplements/nitroglycerin-oral-route-sublingual-route/description/drg-20072863 diakses 18 Februari 2023
  2. Nitroglycerin: Side Effects, Dosage, Uses, and More. https://www.healthline.com/health/drugs/nitroglycerin-sublingual-tablet diakses 18 Februari 2023
  3. Nitroglycerin. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482382/ diakses 18 Februari 2023
  4. Nitroglycerin (Nitrostat) – Side Effects, Interactions, Uses, Dosage, Warnings. https://www.everydayhealth.com/drugs/nitroglycerin diakses 18 Februari 2023
  5. Isosorbide. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557839/ diakses 22 Maret 2023
  6. Nitrates. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK545149/ diakses 22 Maret 2023

(Artikel ini telah direview oleh dr. Keyvan Fermitaliansyah , Care Pro dan Dokter Umum di Kavacare)

ACE Inhibitor

ACE Inhibitor

ACE inhibitors adalah jenis obat yang digunakan untuk menangani tekanan darah tinggi. Obat-obatan ini juga bisa diberikan pada kondisi-kondisi medis lainnya dengan indikasi terkait masalah tekanan darah tinggi.

Berikut informasi lengkap mengenai ACE inhibitor.

Apa itu ACE Inhibitor?

Angiotensin-converting enzyme inhibitors atau disingkat ACE inhibitor adalah obat-obatan yang termasuk dalam klasifikasi kegunaan menurunkan tekanan darah. ACE inhibitor juga bisa membantu mengurangi risiko masalah kardiovaskular, gagal ginjal, dan stroke.

Jenis obat ACE inhibitor digunakan untuk menangani penyakit kardiovaskular (masalah pada jantung atau pembuluh darah), seperti tekanan darah tinggi, gagal ginjal, penyakit ginjal terkait diabetes, dan kondisi-kondisi lainnya.

Ada banyak ACE inhibitor, mana yang paling cocok tergantung pada kondisi yang diidap serta kesehatan secara umum. Contoh ACE inhibitor seperti:

  • Benazepril (Lotensin)
  • Captopril
  • Enalapril
  • Fosinopril
  • Lisinopril (Prinivil, Zestril)
  • Moexipril
  • Perindopril
  • Quinapril (Accupril)
  • Ramipril (Altace)
  • Trandolapril.

Siapa yang Membutuhkan ACE Inhibitor?

ACE inhibitor digunakan untuk mencegah, menangani, atau meningkatkan kondisi pasien dengan masalah kesehatan seperti*:

  • Tekanan darah tinggi
  • Penyakit jantung koroner
  • Gagal jantung
  • Diabetes
  • Penyakit ginjal kronis
  • Serangan jantung
  • Penyakit yang menimbulkan mengerasnya kulit dan jaringan ikat (skleroderma)
  • Migrain.

Kadang beberapa jenis obat untuk menangani masalah tekanan darah seperti diuretik atau penghambat saluran kalsium diresepkan bersama dengan ACE inhibitor. Namun ACE inhibitor tidak bisa dikonsumsi bersamaan dengan beberapa jenis obat lain seperti penghambat reseptor angiotensin atau direct renin inhibitor.

ACE inhibitor juga bisa diberikan untuk mencegah serangan jantung dan stroke pada orang-orang yang berisiko tinggi mengalami kondisi tersebut. Obat ini juga diberikan untuk memperlambat kondisi gagal ginjal pada pengidap diabetes.

ACE inhibitor juga bisa menangani masalah ginjal non-diabetes, beberapa di antaranya:

  • Sindrom nefrotik (kerusakan ginjal)
  • Proteinuria (kadar protein terlalu tinggi pada urine)
  • Penyakit glomerural (gangguan pada sistem filtrasi atau penyaringan pada ginjal)
  • Peradangan ginjal dan masalah penyaringan yang terjadi setelah transplantasi.

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan

ACE inhibitor termasuk obat yang aman dengan efek samping ringan. Namun terdapat kontraindikasi penggunaannya. Jika mengalami kondisi-kondisi ini, sebaiknya hindari mengonsumsi ACE inhibitor:

  • Hamil atau menyusui, ACE inhibitor tidak boleh dikonsumsi saat hamil karena bisa menyebabkan cacat lahir parah hingga kematian janin. Beberapa jenis obat ini aman dikonsumsi saat menyusui, tetapi sebaiknya konsultasikan pada dokter
  • Riwayat angioedema, atau pembengkakan yang terjadi di bawah kulit pada area wajah. Baik angioedema keturunan atau penyebabnya tidak diketahui. Hindari mengonsumsi ACE inhibitor jika pernah mengalami reaksi tertentu pada obat tersebut
  • Masalah ginjal parah, atau penyakit pada pembuluh darah yang mengganggu aliran darah pada ginjal (stenosis arteri renal).

ACE inhibitor bisa bereaksi dengan obat-obatan lainnya karena cara kerjanya yang memengaruhi sistem sirkulasi tubuh. Obat yang dapat bereaksi dengan ACE inhibitor antara lain:

  • Obat Antiinflamasi Non-steroidal (OAINS), reaksi ACE inhibitor dengan OAINS bisa menyebabkan obat menjadi kurang efektif atau menimbulkan penurunan fungsi ginjal. Jenis-jenis OAINS yang bisa bereaksi dengan ACE inhibitor adalah Aspirin, Ibuprofen, dan Naproxen*
  • Obat yang mempengaruhi kadar potasium dan sodium, ACE inhibitor mempengaruhi bagaimana tubuh mempertahankan atau membuang elektrolit seperti potasium dan sodium. Artinya jika pasien mengonsumsi jenis obat yang mempengaruhi kadar kedua senyawa tersebut, bisa terjadi reaksi tertentu. Contohnya hyperkalemia atau kadar potasium dalam darah terlalu tinggi*
  • Obat penghambat reseptor angiotensin, ACE inhibitor mencegah angiotensin bisa digunakan oleh tubuh. Obat-obatan yang menghambat reseptor angiotensin bisa bereaksi dengan ACE inhibitor karena cara kerjanya mencegah tubuh menggunakan angiotensin II. Jika kedua obat ini digunakan bersamaan, efek yang bisa timbul seperti gangguan fungsi ginjal, tekanan darah rendah, dan kemungkinan memicu hyperkalemia*
  • Obat yang mempengaruhi ginjal, contohnya aliskiren yang mencegah produksi enzim renin. Renin adalah bagian penting dalam tubuh yang berfungsi mengatur tekanan darah*.

Secara umum untuk penggunaan ACE inhibitor dengan aman cukup ikuti anjuran dari dokter. Anda bisa bertanya tentang makanan dan minuman yang sebaiknya dihindari jika tengah mengonsumsi ACE inhibitor.

Terutama jika dokter meminta untuk mengubah pola makan rendah sodium atau mengurangi garam. Jika pasien dalam pengobatan ACE inhibitor tidak mengikuti pola makan tersebut, berisiko mempengaruhi kadar sodium dalam darah. Selain itu sebaiknya hindari pengganti garam yang mengandung potasium.

Karena cara kerjanya yang mempengaruhi sirkulasi, sebaiknya ketika mengonsumsi ACE inhibitor perhatikan detak jantung dan tekanan darah. Selama masih mengonsumsi, usahakan catat seberapa cepat detak jantung dan seberapa tinggi tekanan darah setiap harinya.

Aturan Penggunaan ACE Inhibitor

Semua jenis obat ACE inhibitor digunakan secara oral, kecuali Enalapril yang bisa diberikan melalui infus*. ACE inhibitor harus dikonsumsi sesuai resep yang diberikan dokter dan usahakan untuk meminumnya di waktu yang sama setiap hari. Aturan penggunaan lainnya seperti*:

  • Jika diresepkan untuk mengonsumsi lebih dari 1 kali sehari, atur jarak waktu yang tepat. Konsultasikan dengan dokter
  • Jika melewatkan 1 kali dosis, segera minum saat ingat. Namun jangan minum jika sudah sangat dekat dengan waktu mengonsumsi dosis berikutnya
  • Jangan mengonsumsi ACE inhibitor dalam dosis 2 kali lipat atau minum lebih banyak untuk menggantikan dosis yang terlewat.

Jangan menghentikan konsumsi ACE inhibitor tanpa berkonsultasi dengan dokter. Menghentikan konsumsi ACE inhibitor mendadak bisa menyebabkan dampak serius, bahkan mengancam nyawa. Terutama pada pasien yang berisiko serangan jantung, stroke, atau kondisi gagal jantung yang semakin buruk.

Untuk dosis ACE inhibitor dalam terapi hipertensi dan gagal jantung adalah:

Jenis ACE InhibitorTerapi HipertensiTerapi Gagal Jantung
Dosis HarianDosis Maksimal per HariDosis HarianDosis Maksimal per Hari
Benzapril (Lotensin)10 mg80 mg
Enalapril (Vasotec, Epaned)5 mg40 mg2.5 mg40 mgl
Lisinopril (Prinivil, Zestril)10 mg80 mg2.5 – 5 mg40 mg
Moexipril (Univasc)7.5 mg30 mg
Perindopril (Aceon)4 mg16 mg2 mg16 mg
Quinapril (Accupril)10 – 20 mg80 mg5 mg (2 kali sehari)40 mg
Ramipril (Alltace)2.5 mg20 mg1.25 – 2.5 mg (2 kali sehari)10 mg
Trandolapril (Mavik)1-2 mg8 mg1 mg4 mg

Tergantung alasan pemberian ACE inhibitor, kemungkinan obat ini akan terus digunakan untuk memperbaiki tekanan darah hingga kondisi stabil dan terkontrol. Jika telah tercapai tujuan tersebut, dokter akan membantu pasien mengurangi dosis hingga aman untuk berhenti mengonsumsi.

Cara Kerja ACE Inhibitor

Seperti namanya, ACE inhibitor bekerja dengan menghambat enzim yang berfungsi mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II yang dapat digunakan tubuh. Angiotensin II berfungsi menaikkan tekanan darah dalam berbagai cara, dengan mengurangi angiotensin II, maka cara ini efektif untuk menurunkan tekanan darah.

ACE inhibitor membuat jantung lebih mudah untuk memompa darah. Selain menurunkan tekanan darah, ACE inhibitor juga membantu melindungi jantung, pembuluh darah, serta kondisi ginjal pada pasien yang mengidap diabetes atau penyakit ginjal*.

Efek Samping ACE Inhibitor

Kebanyakan efek samping ACE inhibitor tidak terlalu serius, tetapi ada beberapa kasus di mana timbul efek samping yang butuh penanganan medis.

Efek samping yang paling sering muncul adalah:

  • Batuk kering
  • Kepala terasa pusing atau ringan
  • Sakit kepala
  • Mengantuk
  • Letih, kelelahan
  • Lemas
  • Gangguan pada indera pengecap, misalnya kemampuan merasakan yang menurun atau tiba-tiba ada rasa aneh di lidah
  • Perut tidak nyaman atau mual
  • Muncul ruam

ACE inhibitor juga dapat menimbulkan efek samping parah seperti hipotensi atau tekanan darah terlalu rendah, hiperkalemia atau peningkatan kadar potasium dalam darah, angioadenoma atau pembengkakan di berbagai bagian tubuh, reaksi alergi, hingga tanda-tanda penyakit kuning. Jika mengalami reaksi-reaksi tersebut, segera cari pertolongan medis.

Dosis tinggi ACE inhibitor umumnya dapat ditoleransi tubuh. Namun ada kemungkinan pasien mengalami keracunan. Gejalanya seperti tekanan darah rendah (hipotensi), penurunan fungsi ginjal, elektrolit tidak seimbang, hiperkalemia, dan hiponatremia atau penurunan kadar natrium dalam darah*.

Anda dapat menghubungi OperasiJantung.id di nomor Whatsapp 0877-8777-8614 untuk konsultasi gratis mengenai penggunaan ACE inhibitor. Dapatkan konsultasi dengan tenaga medis ahli dan profesional dari rumah Anda.

SUMBER:

  1. Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) Inhibitors. https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/21934-ace-inhibitors diakses 20 Februari 2023
  2. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitors (ACEI) https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431051/ diakses 20 Februari 2023
  3. Angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitors. https://www.heartandstroke.ca/heart-disease/treatments/medications/angiotensin-converting-enzyme-inhibitors diakses 20 Februari 2023
  4. Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitors. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/high-blood-pressure/in-depth/ace-inhibitors/art-20047480 diakses 20 Februari 2023

(Artikel ini telah direview oleh dr. Keyvan Fermitaliansyah , Care Pro dan Dokter Umum di Kavacare)

Enhanced External Counterpulsation EECP

Enhanced External Counterpulsation (EECP)

Apa Itu Enhanced External Counterpulsation (EECP)?

Enhanced external counterpulsation (EECP) adalah prosedur yang digunakan untuk menangani nyeri dada berulang (angina pektoris refrakter) yang telah diakui oleh Food and Drug Administration (FDA). EECP bekerja dengan cara menggunakan tekanan untuk mengembalikan alirah darah seperti semula. Prosedur ini bersifat noninvasif dan dapat dilakukan dengan cara rawat jalan.

Kapan EECP Dibutuhkan?

Kriteria dan Manfaat

Ketika seseorang mengalami angina pektoris, jantung tidak mendapatkan darah kaya oksigen yang cukup akibat penyumbatan atau penyempitan pembuluh darah arteri. EECP biasanya digunakan ketika langkah pengobatan yang lain tidak dapat meredakan nyeri pada angina, dan tidak dapat mengembalikan kondisi vaskular pasien pasca prosedur revaskularisasi (Percutaneous Coronary Intervention). Prosedur ini mungkin juga disarankan untuk penderita yang membutuhkan pengembalian aliran darah tetapi tidak memungkinkan untuk melakukan prosedur pembedahan.

Siapa Saja yang Membutuhkannya?

Dokter mungkin akan merekomendasikan penggunaan EECP jika Anda mengalami:

  • Nyeri dada berulang.
  • Batuk.
  • Kelelahan.
  • Sesak napas.

Selain itu, EECP dapat pula mengatasi beberapa kondisi lain, seperti:

  • Cardiac syndrome X (CSX).
  • Penyakit serebrovaskular.
  • Gagal jantung.
  • Gagal ginjal.
  • Disfungsi ventrikel kiri.
  • Penyakit paru-paru (penyakit pulmonal).
  • Peripheral artery disease (PAD).

Sebelum EECP: Persiapan

Risiko

Kebanyakan orang tidak mengalami efek samping, rasa tidak nyaman, atau komplikasi yang serius. Namun, terdapat kondisi yang amat jarang ditemui di mana beberapa orang mengalami sesak napas dan membutuhkan perawatan dari rumah sakit. Selain itu, beberapa risiko komplikasi lain yang dapat terjadi setelah menjalani prosedur EECP, yaitu:

  • Kelelahan atau nyeri otot
  • Lecet atau iritasi kulit ringan akibat perangkat EECP
  • Memar
  • Edema
  • Rasa tidak nyaman pada otot atau sendi
  • Kebas atau kesemutan
  • Luka tekan.

Persiapan 

Sebelum menjalani prosedur, Andaperlu mempersiapkan beberapa hal, seperti:

  • Mendapatkan rujukan dokter
  • Menjadwalkan janji praperawatan, yang meliputi penilaian perawatan, tes stres latihan, dan orientasi prosedur serta perangkat.

Saat Prosedur EECP: Seperti Apa Prosedurnya?

Tahap-Tahap Prosedur EECP

Prinsip kerja alat ini adalah untuk membentuk pembuluh kolateral baru. Dokter akan menggunakan tiga set manset yang diisi udara secara cepat dengan tekanan yang dapat diatur berurutan mulai dari betis, paha, lalu pinggul, yang menyebabkan darah dari tungkai bawah diperas dan disalurkan ke pangkal aorta (counterpulsation). Terjadinya peningkatan tekanan diastolik akan memengaruhi peningkatan tekanan perfusi arteri koroner yang kemudian dapat menyebabkan terbentuknya kolateral baru untuk memasok darah pada otot jantung. 

Sebelum pemasangan EECP dilakukan, Anda biasanya akan diminta untuk mengosongkan kandung kemih dan berganti pakaian dan mengenakan celana khusus perawatan. Pelaksanaan prosedur kemudian dilakukan dengan beberapa tahapan, antara lain:

  1. Dokter memasang tiga tempelan elektrokardiogram (EKG) pada dada Anda dan tiga buah manset karet (pneumatic cuffs) yang terhubung dengan selang udara dipasangkan pada tiga lokasi, yaitu betis, paha, dan pinggul Anda.  
  2. Dokter memasang sensor pada jari Anda untuk memeriksa kadar oksigen dan tingkat tekanan pada darah, sehingga tenaga medis dapat menyesuaikan pengaturan alat untuk hasil terapi yang terbaik.
  3. Selama prosedur, Anda berbaring di atas meja empuk sementara udara mengisi manset di sekitar tungkai bawah Anda.
  4. Anda akan merasakan manset mengencang di sekitar tungkai atas dan bawah, serta pinggul Anda sampai mencapai tekanan yang diinginkan oleh dokter.
  5. EKG dan monitor tekanan darah berfungsi untuk menyelaraskan inflasi dan deflasi dengan detak jantung Anda. 
  6. Manset akan mengembang setiap jantung beristirahat, meningkatkan suplai darah ke pembuluh darah arteri yang mengantarkan darah ke jantung Anda. Kemudian dengan cepat kembali mengempis untuk memudahkan jantung Anda memompa lagi.
  7. Setelah Anda terbiasa dengan setiap sensasi yang ada, terapi harusnya membuat Anda kembali merasa nyaman. 

Setelah Prosedur EECP: Apa yang Harus Dilakukan?

Perawatan

Prosedur EECP tidak memerlukan perawatan di rumah sakit dan Anda dapat kembali beraktivitas seperti rutinitas sehari-hari segera setelah perawatan selesai. 

Reaksi setiap orang terhadap prosedur EECP bervariasi. Anda mungkin merasa lelah selama beberapa hari setelah perawatan. Kebanyakan orang merasakan kemajuan kondisi dalam beberapa minggu terakhir sesi pengobatan selama tujuh minggu.

Gaya Hidup yang Perlu Diubah

Olahraga dapat membantu menjaga kesehatan jantung Anda. Dokter akan membantu Anda merencanakan program latihan yang sesuai selama minggu perawatan dan setelahnya. Bicaralah dengan dokter jika Anda berencana untuk berolahraga atau aktif secara seksual.

Pertanyaan Umum Seputar EECP

Berapa Lama Prosedur Ini Dilakukan?

Prosedur ini adalah pengobatan rawat jalan. Anda biasanya memiliki total 35 jam untuk melakukan perawatan ini: satu jam sehari, lima hari seminggu, selama tujuh minggu. Anda juga dapat melakukannya dua kali sehari selama tiga setengah minggu dengan cara melakukan prosedur selama satu jam, istirahat, kemudian melanjutkan satu jam sesi lain.

Sekitar 20% orang perlu mengulangi prosedur EECP, terutama jika mereka tidak menyelesaikan sesi awal selama 35 jam tersebut.

Kapan Saya Harus Menghubungi Dokter?

Segera temui dokter bila gejala yang Anda rasakan muncul kembali dan bahkan nyeri dada atau tekanan karena aktivitas fisik atau stres terjadi cukup sering.

Anda dapat menghubungi OperasiJantung.id di nomor Whatsapp 0877-8777-8614 untuk konsultasi gratis mengenai pemasangan EECP di dalam maupun luar negeri. Dapatkan rekomendasi rumah sakit dan dokter, perhitungan estimasi biaya, hingga pengaturan janji temu dan akomodasi.

Sumber:

  1. EECP Therapy (Enhanced External Counterpulsation). https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/16949-enhanced-external-counterpulsation-eecp. Diakses 15 November 2022.
  2. EECP Treatment | Frankel Cardiovascular Center | Michigan Medicine. https://www.umcvc.org/conditions-treatments/eecp-enhanced-external-counter-pulsation-treatment. Diakses 15 November 2022.
  3. Tinjauan Terapi Enhanced External Counterpulsation EECP. https://www.neliti.com/publications/150698/tinjauan-terapi-enhanced-external-counterpulsation-eecp. Diakses 13 Januari 2023.

(Artikel ini telah direview oleh dr. Albert Novianto, Care Pro dan Dokter Umum di Kavacare)

Operasi Bypass Jantung

Operasi Bypass Jantung

Apa Itu Operasi Bypass Jantung?

Operasi bypass jantung merupakan salah satu upaya untuk menangani penyakit jantung koroner. Pembedahan ini dilakukan dengan cara mengambil pembuluh darah yang sehat dari kaki, lengan, atau dada untuk disambungkan ke atas dan bawah pembuluh darah yang tersumbat akibat penumpukan plak. Prosedur ini tidak menyembuhkan penyakit jantung yang menyebabkan penyumbatan pembuluh darah. Namun, dengan dilakukannya pembedahan ini, gejala dapat diredakan dan bahkan untuk sebagian orang, fungsi jantung membaik dan risiko menurun kematian akibat penyakit jantung.

Kapan Operasi Bypass Jantung Dibutuhkan?

Kriteria dan Manfaat

Pelaksanaan prosedur ini biasanya diputuskan oleh dokter, ketika:

  • Anda mengalami nyeri dada serius yang disebabkan oleh penyempitan beberapa pembuluh darah arteri.
  • Anda memiliki lebih dari satu masalah jantung koroner, dan ventrikel kiri jantung tidak dapat berfungsi dengan baik.
  • Terdapat penyumbatan pada pembuluh darah kiri utama jantung Anda.
  • Anda mengalami penyumbatan pembuluh darah arteri yang tidak bisa ditangani dengan memasukkan balon kecil untuk melebarkan pembuluh darah tersebut (angioplasti).
  • Anda sudah melaksanakan prosedur angioplasti tetapi pembuluh darah arteri menyempit kembali.

Operasi bypass jantung biasanya dilakukan untuk menangani kasus yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner, misalnya:

  • Penyakit jantung koroner dan penyakit yang disebabkan aterosklerosis di bagian-bagian tubuh yang lain
  • Serangan jantung
  • Angina pektoris, yaitu nyeri dada yang disebabkan oleh kurangnya pasokan oksigen akibat kurangnya aliran darah (iskemia)
  • Iskemia miokardium diam, yaitu iskemia jantung tanpa gejala
  • Stroke.

Sebelum Operasi Bypass Jantung: Persiapan

Risiko 

Prosedur ini termasuk pembedahan besar, yang mana artinya memiliki beberapa risiko potensial dan komplikasi. Meskipun kebanyakan risiko bisa dihindari dan ditangani, penting bagi Anda mengenali risiko-risiko tersebut, yaitu:

  • Ritme jantung tidak teratur (aritmia), yang biasanya hanya bersifat sementara.
  • Perdarahan, biasanya Anda akan diminta untuk berhenti mengonsumsi obat untuk mencegah penggumpalan darah sebelum operasi.
  • Infeksi.
  • Linglung atau hilang ingatan selama beberapa jam.
  • Masalah ginjal.
  • Stroke.
  • Serangan jantung.

Persiapan Operasi Bypass Jantung

Sebelum pembedahan dilakukan, Anda mungkin akan menjalani beberapa pemeriksaan, antara lain:

  • Tes darah.
  • Foto sinar-X pada dada.
  • Elektrokardiogram.
  • Angiogram koroner.

Dokter juga akan memberi tahu apakah Anda perlu melakukan perubahan pola makan dan pengobatan sebelum dilakukannya prosedur. Beri tahu pula dokter Anda vitamin dan suplemen yang sedang Anda konsumsi, untuk mengetahui ada atau tidaknya risiko perdarahan.

Anda juga perlu membuat beberapa perencanaan pada masa pemulihan setelah pembedahan, seperti:

  • Memastikan siapa yang bisa menjaga Anda
  • Mengatur transportasi yang Anda pakai sebelum dan sesudah operasi
  • Mengatur waktu untuk cuti dari pekerjaan Anda
  • Melanjutkan konsumsi obat
  • Makan makanan yang sehat dan bernutrisi
  • Memantau berat badan Anda
  • Menjaga kesehatan mental Anda
  • Tetap bergerak secara aktif.

Saat Operasi Bypass Jantung: Seperti Apa Prosedurnya?

Selama prosedur, Anda akan tertidur sepanjang waktu akibat bius yang diberikan. Biasanya, pembedahan berlangsung selama 3 sampai 6 jam. Ventilator akan dipasang pada mulut Anda untuk membantu pernapasan selama prosedur dan setelahnya.

Tahap Pelaksanaan Operasi Bypass Jantung

  1. Dokter bedah akan membuat irisan panjang di tengah dada Anda dan mereka akan membuka tulang rusuk Anda untuk memudahkan akses menuju jantung.
  2. Tim bedah akan menggunakan obat-obatan untuk menghentikan kinerja jantung Anda sementara. Mesin pintas jantung paru (cardiopulmonary bypass/CPB) akan menggantikan fungsi jantung untuk mengedarkan darah dan oksigen ke seluruh tubuh.
  3. Dokter kemudian akan mengambil sebuah pembuluh darah dari bagian tubuh Anda yang lain, seperti dada, kaki, atau lengan. Mereka akan menempelkan salah satu ujungnya pada aorta, pembuluh darah arteri besar dari jantung, dan menempelkan ujung yang lain pada bagian bawah pembuluh darah arteri yang tersumbat.
  4. Jika Anda memiliki beberapa penyumbatan, dokter akan mengulangi prosedur yang sama setelahnya.
  5. Setelah bypass selesai ditempatkan, dokter akan mengembalikan detak jantung Anda dan menutup kembali tulang rusuk serta menjahit bekas irisan pada dada.
  6. Anda akan dipindahkan ke ruang intensive care unit (ICU) selama satu atau dua hari.

Setelah Operasi Bypass Jantung: Apa yang Harus Dilakukan?

Perawatan

Anda mungkin akan merasa tidak nyaman dibandingkan dengan saat sebelum menjalani operasi. Anda mungkin kehilangan nafsu makan, sembelit, bahkan kesulitan untuk tidur. Dokter mengambil pembuluh darah yang sehat di bagian tubuh Anda, dan akan terdapat sedikit pembengkakan di sana. Itu semua normal.

Tubuh Anda memerlukan waktu untuk pulih dan Anda akan merasa lebih baik setiap harinya. Akan membutuhkan waktu sekitar 2 bulan untuk merasa benar-benar pulih.

Gaya Hidup yang Perlu Diubah

Hasil perawatan jangka panjang akan bergantung pada bagaimana Anda rutin mengonsumsi obat untuk mencegah penggumpalan darah, menurunkan tekanan darah, menurunkan kadar kolesterol, dan menjaga diabetes. Penting juga bagi Anda untuk menerapkan pola hidup sehat, seperti:

  • Berhenti merokok.
  • Menghindari atau mengurangi konsumsi alkohol.
  • Menjalani pola makan yang sehat, misalnya dengan diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) atau diet mengurangi kandungan natrium atau garam pada makanan.
  • Mencapai dan menjaga berat badan yang sehat.
  • Berolahraga ringan secara teratur, seperti berjalan kaki, berlari, berenang, atau menari.
  • Mengatur stres.

Pertanyaan Umum Seputar Operasi Bypass Jantung

Kapan Saya Harus Menghubungi Dokter di Masa Pemulihan?

Segera hubungi dokter bila Anda merasakan gejala-gejala ini di masa pemulihan:

  • Demam
  • Detak jantung yang sangat cepat
  • Nyeri yang memburuk atau nyeri baru di sekitar luka sayat di dada
  • Kemerahan di sekitar luka sayat atau perdarahan atau keluar cairan lain dari luka sayat di dada.

Anda dapat menghubungi OperasiJantung.id di nomor Whatsapp 0877-8777-8614 untuk konsultasi gratis mengenai operasi bypass jantung di dalam maupun luar negeri. Dapatkan rekomendasi rumah sakit dan dokter, perhitungan estimasi biaya, hingga pengaturan janji temu dan akomodasi.

Sumber:

  1. Coronary artery bypass surgery (CABG) | BHF. https://www.bhf.org.uk/informationsupport/treatments/coronary-bypass-surgery. Diakses pada 6 September 2022.
  2. Coronary bypass surgery – Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/coronary-bypass-surgery/about/pac-20384589. Diakses pada 6 September 2022.
  3. Coronary Bypass Surgery: Purpose, Procedure and Recovery. https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/16897-coronary-artery-bypass-surgery. Diakses pada 6 September 2022.
  4. Heart Bypass Surgery: Purpose, Procedure, Risks, Recovery. https://www.webmd.com/heart-disease/heart-disease-bypass-surgery. Diakses pada 6 September 2022.

(Artikel ini telah direview oleh dr. Eddy Wiria, PhD., Co-Founder & CEO Kavacare)

Implantable Cardioverter Defibrillator, ICD

Implantable Cardioverter Defibrillator (ICD)

Apa Itu Implantable Cardioverter Defibrillator (ICD)?

Implantable cardioverter defibrillator atau ICD adalah perangkat medis kecil yang dipasangkan di bawah kulit di dada dan terhubung dengan jantung. Alat ini terdiri dari baterai dan kabel kecil yang disebut lead. Baterai ICD berukuran sebesar stopwatch dan kabel ICD dimasukkan ke dalam bilik dan serambi jantung untuk mengontrol ritme jantung. Alat ini akan mengirimkan kejut listrik bila diperlukan saat terjadi aritmia (detak jantung sangat cepat).

Kapan Pemasangan ICD Dibutuhkan?

Kriteria dan Manfaat

ICD biasanya digunakan untuk:

  • Menangani aritmia, seperti ritme jantung tidak teratur, terlalu cepat (takikardia) atau terlalu lambat (bradikardia).
  • Riwayat serangan jantung mendadak sehingga kejadian ulangan serangan jantung dapat dicegah
  • Mengumpulkan data tentang kinerja jantung untuk membantu dokter menentukan rencana pengobatan Anda.

Siapa Saja yang Membutuhkan?

Pada umumnya mereka yang akan dipasangkan ICD adalah semua orang yang memiliki riwayat aritmia yang mengancam nyawa, antara lain:

  • Sindrom Brugada.
  • Beberapa jenis penyakit jantung bawaan.
  • Kardiomiopati hipertrofi.
  • Long QT syndrome.
  • Riwayat serangan jantung atau gagal jantung sebelumnya.
  • Aritmia ventrikel.
  • Fibrilasi ventrikel.
  • Gangguan keseimbangan elektrolit
  • Akibat pemakaian obat jangka panjang

Sebelum Pemasangan ICD: Persiapan

Risiko

Meskipun proses pemasangan ICD tergolong aman, prosedur bedah tetap menimbulkan beberapa risiko, seperti:

  • Infeksi pada luka sayat.
  • Pembengkakan, perdarahan, atau memar.
  • Kerusakan pembuluh darah akibat lead ICD.
  • Lead ICD patah
  • Perdarahan di sekitar jantung, yang cukup berbahaya.
  • Kebocoran katup jantung (regurgitasi).
  • Paru-paru kolaps (pneumothorax).
  • Pergeseran perangkat atau lead, yang dapat berujung perforasi jantung (jarang).

Persiapan 

Sebelum melakukan pemasangan ICD, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan, antara lain:

  • Elektrokardiogram (EKG), yaitu pemeriksaan aktivitas elektrik jantung.
  • Ekokardiogram, yaitu pencitraan gambar bergerak jantung.
  • Monitor Holter, suatu alat kecil yang dapat merekam ritme jantung penggunanya.
  • Perekam event, yang bekerja dengan fungsi yang sama dengan monitor Holter dan memiliki prinsip kerja yang sama seperti elektrokardiogram

Saat Pemasangan ICD: Seperti Apa Prosedurnya?

Tahap Pemasangan ICD

Pada umumnya, prosedur pemasangan ICD dilakukan dengan tahapan, seperti:

  • Anda diberi obat bius melalui selang infus supaya Anda merasa lebih tenang atau tertidur.
  • Dokter membuat sayatan kecil di dekat tulang selangka, dada, atau perut.
  • Lead (kabel ICD) dimasukkan melalui pembuluh darah vena untuk diarahkan menuju bilik dan serambi jantung.
  • ICD dipasang pada sebuah kantong di bawah kulit.
  • Lead dihubungkan dengan ICD.
  • Perangkat diuji coba untuk memastikan apakah perangkat sudah bisa berfungsi dengan benar.
  • Dokter menutup luka sayat.
  • Sistem perangkat kembali dicoba sebelum Anda dibawa ke ruang perawatan.

Setelah Pemasangan ICD: Apa yang Harus Dilakukan?

Perawatan

Anda biasanya diperbolehkan pulang di hari yang sama dengan pelaksanaan prosedur. Selamat empat minggu setelah operasi, dokter mungkin akan meminta untuk menghindari hal-hal, seperti:

  • Aktivitas atau olahraga berat atau mengangkat tangan ke atas bahu, misalnya golf, tenis, berenang, bersepeda, bowling.
  • Mengangkat beban berat.
  • Program olahraga yang berat.

Area tempat alat ini dipasang biasanya akan mengalami pembengkakan dan terasa nyeri selama beberapa hari. Dokter akan meresepkan obat pereda nyeri selain aspirin dan ibuprofen karena dapat menimbulkan risiko perdarahan.

Gaya Hidup yang Perlu Diubah

Meski jarang terjadi masalah akibat sinyal elektrik, Anda tetap perlu memperhatikan hal-hal berikut ini:

  • Hindari memosisikan telepon elektronik pada jarak lebih dekat dari 15 sentimeter dari ICD.
  • Selalu bawa ke mana pun kartu yang menunjukkan bahwa terdapat perangkat ICD yang terpasang pada tubuh Anda dan tunjukkan bila dibutuhkan, seperti pada petugas bandara atau petugas kesehatan di rumah sakit.
  • Berdiri di jarak minimal 0,6 meter dari peralatan las, transformator bertegangan tinggi, atau sistem generator motor.
  • Jaga benda-benda dengan kandungan magnetik, misalnya headphone dan pengisi daya nirkabel, minimal 15 sentimeter dari ICD.
  • Pasca tindakan ketika Anda hendak diperiksa dengan perangkat magnetic resonance imaging (MRI), beritahukan kepada dokter dan petugas yang akan memeriksa Anda.
  • Hindari menyetir kendaraan. Ketika jantung Anda mengalami kondisi aritmia, alat ini akan memberikan kejut listrik untuk menyetel ulang listrik jantung Anda. Kondisi ini dapat membuat Anda pingsan, sehingga akan berbahaya bagi Anda dan sekitar Anda.

Pertanyaan Umum Seputar Implantable Cardioverter Defibrillator (ICD)

Berapa Lama Prosedur Ini Dilakukan?

Pemasangan alat ini biasanya memakan waktu 2-3 jam dan Anda bisa pulang ke rumah di hari yang sama setelah prosedur selesai, dengan meminta bantuan keluarga, teman, atau kerabat untuk mengantar Anda pulang.

Kapan Saya Harus Menghubungi Dokter?

Segera hubungi dokter setelah pemasangan ICD dilakukan bila Anda merasakan gejala, seperti:

  • Perdarahan atau keluarnya cairan dari luka sayat Anda
  • Demam atau merasa kedinginan
  • Rasa nyeri yang memburuk atau tidak membaik setelah beberapa waktu
  • Kemerahan atau pembengkakan yang tidak kunjung mereda.

Anda dapat menghubungi OperasiJantung.id di nomor Whatsapp 0877-8777-8614 untuk konsultasi gratis mengenai pemasangan ICD di dalam maupun luar negeri. Dapatkan rekomendasi rumah sakit dan dokter, perhitungan estimasi biaya, hingga pengaturan janji temu dan akomodasi.

Sumber:

  1. Implantable cardioverter-defibrillator: MedlinePlus Medicine Encyclopedia. https://medlineplus.gov/ency/article/007370.htm. Diakses 27 Oktober 2022.
  2. Implantable cardioverter-defibrillator (ICDs) – Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/implantable-cardioverter-defibrillators/about/pac-20384692. Diakses 27 Oktober 2022.
  3. Implantable Cardioverter Defibrillator (ICD). https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/17123-implantable-cardioverter-defibrillator-icd. Diakses 27 Oktober 2022.
  4. Implantable Cardioverter Defibrillator (ICD). https://www.heart.org/en/health-topics/arrhythmia/prevention–treatment-of-arrhythmia/implantable-cardioverter-defibrillator-icd. Diakses 24 Desember 2022

(Artikel ini telah direview oleh dr. Albert Novianto, Care Pro dan Dokter Umum di Kavacare)

Implan Alat Pacu Jantung

Implan Alat Pacu Jantung

Apa Itu Alat Pacu Jantung?

Alat pacu jantung adalah sebuah perangkat kecil yang mengirimkan dorongan elektrik pada otot jantung untuk membantu menjaga detak dan irama jantung supaya tetap normal. Perangkat ini dimasukkan ke bawah kulit di dada melalui pembedahan kecil. Alat ini biasanya digunakan untuk memperbaiki jantung yang berdetak secara tidak teratur (aritmia), tetapi alat ini juga bisa dipakai untuk menangani seseorang yang sering mengalami pingsan (sinkop) karena gangguan irama jantung, seseorang dengan penyakit jantung bawaan, atau yang jarang terjadi, gangguan kerja jantung akibat kardiomiopati hipertrofi (penyakit jantung yang ditandai dengan penebalan otot jantung).

Kapan Implan Alat Pacu Jantung Dibutuhkan?

Kriteria

Konsultasikan dengan dokter, gejala apa saja yang sedang Anda rasakan, sehingga dokter bisa menentukan kapan implan alat pacu jantung harus digunakan. Berikut ini adalah tanda-tanda atau keluhan yang berhubungan dengan kerja dan irama jantung dan dapat menjadi kriteria untuk memulai penggunaan implan alat pacu jantung.

  • Takikardia, di mana jantung berdetak lebih cepat dari keadaan normal (lebih dari 100 kali per menit) dan tidak bisa ditangani dengan modifikasi gaya hidup dan obat-obatan
  • Bradikardia, ketika jantung berdetak lebih lambat dari biasanya (kurang dari 60 kali per menit)
  • Aritmia, yaitu detak jantung tidak teratur, di mana terkadang melewatkan detak atau justru terdapat detak tambahan
  • Palpitasi jantung, sensasi atau kesadaran akan detak jantung yang terasa seperti sedang berpacu, berdebar, atau melompat-lompat
  • Sesak napas, khususnya ketika sedang bergerak dengan aktif
  • Pusing, mual, atau pingsan tanpa sebab, dan ternyata berhubungan dengan gangguan kerja jantung
  • Linglung tanpa sebab
  • Pembengkakan pada pergelangan kaki, kaki, dan perut
  • Lebih sering berkemih pada malam hari

Manfaat

Manfaat yang didapatkan dari implan alat ini, antara lain:

  • Meringankan banyak gejala yang disebabkan oleh masalah jantung, seperti nyeri dada, linglung, palpitasi, mual, dan lain-lain
  • Mencegah kondisi yang berbahaya seperti pingsan akibat aritmia karena implan alat jantung dan membantu membuat irama kembali teratur
  • Menyelamatkan hidup Anda dengan menstimulasi jantung yang tiba-tiba berhenti bekerja untuk kembali bekerja

Siapa Saja yang Membutuhkan?

Implan alat pacu jantung dapat menangani pasien-pasien dengan penyakit di bawah ini (meski tidak terbatas pada yang disebutkan saja), seperti:

  • Aritmia (gangguan irama jantung)
  • Blok jantung (gangguan konduksi jantung)
  • Gagal jantung
  • Memiliki riwayat serangan jantung

Bagaimana Cara Kerja Alat Pacu Jantung?

Alat pacu jantung memiliki dua bagian utama, lead (elektroda) dan generator detak. Generator detak memiliki baterai dan komputer mungil, bertempat di bawah kulit pada bagian dada. Sedangkan lead adalah kabel-kabel yang terulur di sepanjang pembuluh darah menuju jantung dan ditanamkan pada otot jantung. Alat ini mengirim sinyal dari generator detak untuk otot jantung, setiap terdapat aktivitas elektrik jantung. Setiap sinyal kemudian mendorong jantung untuk berkontraksi. 

Pacu jantung bisa memiliki satu sampai tiga lead, tergantung pada jenis pacu jantung yang dibutuhkan. Tetapi ada juga jenis yang tidak memiliki lead sama sekali. Jenis-jenis pacu jantung tersebut, antara lain:

  • Leadless pacemakers, tidak memiliki lead dan menempel dinding dalam jantung.
  • Single chamber pacemakers, menggunakan hanya satu lead pada satu ruang jantung.
  • Dual chamber pacemakers, menggunakan masing-masing satu lead pada dua ruang jantung.
  • Biventricular pacemakers, menggunakan tiga lead, dengan penempatan masing-masing pada kedua ruang bagian bawah jantung (ventrikel), dan pada ruang bagian atas jantung sebelah kanan (atria kanan).

Sebelum Pemasangan Implan Alat Pacu Jantung: Persiapan

Kenali Risiko

Risiko akibat prosedur ini terbilang jarang. Namun, ada beberapa komplikasi yang memungkinkan terjadi karena implan alat pacu jantung, yaitu:

  • Reaksi alergi.
  • Penggumpalan darah.
  • Malfungsi alat pacu jantung itu sendiri.
  • Malfungsi yang disebabkan oleh perangkat di luar tubuh Anda.
  • Masalah irama jantung.

Persiapan Implan Alat Pacu Jantung

Sebelum prosedur dilakukan, Anda mungkin akan menjalani beberapa pemeriksaan, seperti:

  • Elektrokardiogram (EKG/), untuk melihat aktivitas elektrik jantung.
  • Holter monitor, yaitu perangkat kecil untuk merekam irama jantung.
  • Ekokardiogram, penggunaan gelombang suara untuk mengetahui ukuran, struktur, dan pergerakan jantung.
  • Tes treadmill.

Ketika pelaksanaan prosedur sudah ditentukan, Anda mungkin akan diberi arahan oleh dokter untuk melakukan berbagai persiapan, antara lain:

  • Memperhatikan obat-obatan yang masih boleh dan tidak boleh dikonsumsi sebelum prosedur dijalankan.
  • Puasa selama 8-12 jam sebelum implan dipasang. Jangan makan atau minum apa pun setelah tengah malam pada hari Anda menjalani prosedur. Bila harus mengonsumsi obat, minumlah hanya sedikit air.
  • Gunakan pakaian yang nyaman, karena Anda akan diminta mengganti pakaian dengan baju rumah sakit. Tinggalkan perhiasan dan barang berharga Anda di rumah.

Saat Implan Alat Pacu Jantung: Prosedur

Tahap-tahap Pelaksanaan Implan Alat Pacu Jantung

Tenaga medis akan memasang selang infus pada lengan bawah atau tangan Anda dan memberikan obat bius untuk membuat Anda merasa tenang. Dada Anda kemudian dibersihkan dengan sabun khusus. Dosis obat bius yang diberikan pada dasarnya bergantung pada kondisi kesehatan Anda. Anda bisa saja sepenuhnya sadar, atau bisa juga dilakukan bius total yang membuat Anda tertidur total. Bila Anda masih tersadar, tempat dilakukannya sayatan biasanya akan diberi anestesi/bius lokal supaya kebas/mati rasa.

Penanaman alat pacu jantung ini dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:

  • Teknik kateter: Dokter menggunakan kateter melalui pembuluh darah arteri (biasanya di dekat pangkal paha) untuk memasukkan pacu jantung tipe leadless pacemakers.
  • Teknik transvena (endokardial): Dokter akan membuat sayatan kecil di dada sebagai akses vena dan memasukkan kabel lead yang diarahkan menggunakan fluoroskopi (semacam sinar-X) menuju bilik jantung. Lead tersebut kemudian dipasangkan dengan generator. Generator tersebut ditempatkan pada kantong yang sebelumnya telah dibuat di bawah kulit dada atas pasien.
  • Teknik pembedahan (epikardial): Teknik ini biasanya menggunakan bius total dan umumnya dilakukan pada pasien anak-anak. Pembedahan dilakukan untuk menempelkan langsung kabel lead pada otot jantung. Lead tersebut disambungkan dengan generator yang dipasang pada kantong yang sebelumnya telah dibuat di bawah kulit perut pasien.

Setelah Implan Alat Pacu Jantung: Apa yang Harus Dilakukan?

Perawatan

Anda mungkin akan tinggal di rumah sakit sehari setelah dilakukan implan. Pacu jantung dalam tubuh Anda akan diprogram untuk mengatur kebutuhan irama jantung Anda. Tim medis akan memberi arahan bagaimana cara merawat luka jahit Anda. Jaga luka Anda supaya tetap bersih dan kering. 

Adapun batasan-batasan yang perlu diperhatikan setelah pemasangan alat ini, yaitu:

  • Jangan mengangkat barang dengan berat lebih dari 4,5 kg, atau lebih dari kebiasaan Anda.
  • Jangan mengangkat tangan melebihi bahu selama kurang lebih 3 minggu.
  • Hindari kegiatan menarik atau mendorong benda berat.
  • Hentikan segala kegiatan sebelum Anda merasa lelah.
  • Selama 6 minggu, hindari berolahraga golf, tenis, dan berenang.
  • Perbanyak berjalan kaki sebagai olahraga ringan Anda.
  • Tanyakan pada dokter kapan Anda boleh melakukan kegiatan berat.
  • Dokter akan memberi tahu kapan Anda boleh kembali bekerja, biasanya 1 minggu setelah Anda diperbolehkan pulang.

Gaya Hidup yang Perlu Diubah

Meskipun kecil kemungkinan pacu jantung Anda berhenti bekerja karena hal-hal di bawah ini, tetaplah berjaga-jaga dengan membuat jarak aman dari benda-benda elektronik, seperti:

  • Telepon genggam. Anda masih bisa menggunakannya, tapi jauhkan perangkat ini minimal 15 sentimeter dari alat pacu jantung Anda.
  • Sistem keamanan, misalnya di bandara. Tunjukkan kartu pacu jantung pada petugas sehingga Anda tidak perlu melewati sistem tersebut.
  • Peralatan medis. Pastikan dokter dan perawat mengetahui Anda memiliki alat pacu jantung.
  • Peralatan generator daya, seperti perangkat-perangkat industri. Bila bekerja di tempat seperti itu, minta dokter untuk memeriksa keamanan tempat kerja terhadap alat pacu jantung Anda.

Pertanyaan Umum Seputar Implan Alat Pacu Jantung

Kapan Saya Harus Menghubungi Dokter?

Segera hubungi dokter bila Anda merasakan gejala, seperti:

  • Sesak napas.
  • Pusing.
  • Pingsan.
  • Merasa lemah terus-terusan.
  • Pembengkakan tangan di sisi pacu jantung.
  • Nyeri dada.
  • Cegukan berkepanjangan.
  • Demam.
  • Nyeri, bengkak, dan kemerahan pada area dimasukkannya pacu jantung.

Berapa Lama Alat Pacu Jantung Saya Bekerja?

Baterai pacu jantung dapat bertahan sekitar 7 sampai 10 tahun, bergantung pada seberapa sering alat tersebut digunakan. Bila baterai melemah, maka generator yang terpasang harus diganti dengan yang baru.

Anda dapat menghubungi OperasiJantung.id di nomor Whatsapp 0877-8777-8614 untuk konsultasi gratis mengenai pemasangan implan alat pacu jantung di dalam maupun luar negeri. Dapatkan rekomendasi rumah sakit dan dokter, perhitungan estimasi biaya, hingga pengaturan janji temu dan akomodasi.

Sumber:

  1. Pacemaker – Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/pacemaker/about/pac-20384689. Diakses 8 September 2022.
  2. Pacemaker (for the Heart): Surgery, Types & What It Is. https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/17360-permanent-pacemaker. Diakses 8 September 2022.
  3. Pacemaker implantation – NHS. https://www.nhs.uk/conditions/pacemaker-implantation/. Diakses 8 September 2022.
  4. Heart Disease and Pacemakers. https://www.webmd.com/heart-disease/pacemaker-implant. Diakses 8 September 2022.

(Artikel ini telah direview oleh dr. Eddy Wiria, PhD., Co-Founder & CEO Kavacare)

left ventricular assist device, lvad

Left Ventricular Assist Device (LVAD)

Apa Itu LVAD?

Left ventricular assist device (LVAD) merupakan perangkat yang beroperasi menggunakan baterai, yang dipasang pada penderita gagal jantung fase akhir yang berfungsi untuk memompa darah keluar dari bilik kiri bawah (ventrikel kiri) menuju pembuluh aorta dan seluruh tubuh.

Kapan LVAD Dibutuhkan?

Kriteria dan Manfaat

Dengan memperbaiki aliran darah dari jantung ke seluruh tubuh, LVAD dapat membantu meningkatkan fungsi ginjal, hati, otak, dan organ tubuh yang lain; sebagai bagian dari terapi rehabilitasi jantung; serta memperpanjang usia harapan hidup, dan meningkatkan kualitas hidup pasien. 

Namun, tidak semua orang bisa mendapatkan penanganan berupa pemasangan LVAD. Untuk menentukan apakah LVAD merupakan penanganan yang tepat untuk kondisi Anda, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti:

  • Tingkat keseriusan gagal jantung
  • Kondisi medis lain yang diderita
  • Seberapa baik bilik kiri bawah pemompa jantung bekerja
  • Kemampuan tubuh menerima obat pengencer darah

Siapa Saja yang Membutuhkan LVAD?

Dokter akan memberikan rekomendasi prosedur ini pada pasien dengan berbagai macam kondisi tertentu, seperti:

  • Sedang menunggu transplantasi jantung, yang biasanya harus menunggu waktu ketersediaan donor jantung (bridge-to-transplant therapy)
  • Tidak dapat dilakukan transplantasi jantung karena usia atau faktor lain (terapi destinasi)
  • Gagal jantung bersifat sementara dan ada kemungkinan jantung dapat berfungsi dengan normal kembali (jembatan untuk pemulihan)

Sebelum Pemasangan LVAD: Persiapan

Risiko Pemasangan LVAD

Selalu ada risiko terjadinya komplikasi dalam setiap prosedur bedah. Dalam prosedur pemasangan LVAD, komplikasi yang mungkin terjadi, antara lain:

  • Perdarahan
  • Penggumpalan darah
  • Infeksi
  • Malfungsi perangkat LVAD
  • Gagal jantung kanan
  • Cedera ginjal.

Persiapan Pemasangan LVAD

Pemeriksaan yang biasanya dilakukan sebelum dilakukan prosedur ini, yaitu:

  • Pemeriksaan darah, untuk memastikan seberapa baik jantung, hati, dan ginjal bekerja
  • Elektrokardiogram (EKG), untuk melihat aliran elektrik pada jantung
  • Foto X-Ray dada, untuk melihat ukuran dan bentuk jantung atau masalah pada paru-paru
  • Ekokardiogram, teknik ultrasound untuk melihat gambar bergerak jantung
  • Kateterisasi jantung, untuk melihat masalah jantung lebih detail dan memastikan apakah pemasangan LVAD diperlukan atau tidak

Saat Pemasangan LVAD: Prosedur

Tahap-tahap Pemasangan LVAD

Prosedur pemasangan LVAD dilakukan dengan langkah-langkah*, seperti:

  • Anda diberikan obat bius supaya tertidur dan merasa nyaman
  • Anda akan dipasangkan selang bantu napas pada mulut Anda untuk membantu Anda bernapas
  • Kinerja jantung dihentikan menggunakan obat, kemudian mesin jantung dan paru-paru dipasang agar darah tetap mengalir selama jantung berhenti bekerja
  • Sayatan dibuat di sepanjang dada dan tulang dada dibuka untuk memudahkan pemasangan perangkat
  • LVAD dipasang dan dihubungkan dengan jantung
  • Tabung dari alat pompa dikeluarkan untuk diuji coba sistem kerjanya
  • Tulang dada disatukan kembali sebelum luka sayat dijahit dan ditutup dengan perban

Setelah Pemasangan LVAD: Apa yang Harus Dilakukan?

Perawatan

Anda biasanya akan dirawat selama beberapa hari di ruang rawat intensif / intensive care unit (ICU) setelah prosedur dilakukan. Dokter akan memantau perkembangan kondisi Anda serta kinerja perangkat LVAD yang terpasang pada jantung Anda. Kebanyakan pasien tinggal di rumah sakit selama 1-3 minggu untuk menjalani proses pemulihan dan rehabilitasi. Selain itu selama perawatan dokter akan melakukan pemeriksaan tambahan seperti:

  • Pemeriksaan darah
  • Ekokardiogram
  • Foto x-ray dada

Selama masa pemulihan, Anda akan diberi tahu beberapa hal mengenai LVAD yang terpasang, seperti:

  • Bagaimana LVAD bekerja
  • Apa yang terjadi bila alarm berbunyi
  • Apa saja langkah perawatan LVAD
  • Kapan Anda harus menghubungi dokter
  • Apa saja yang mungkin terjadi di masa mendatang setelah dipasangnya LVAD

Anda mungkin akan rutin melakukan pemeriksaan setiap seminggu sekali pada bulan pertama setelah dilakukannya prosedur pemasangan LVAD, untuk memastikan perangkat bekerja dengan baik dan untuk memeriksa adanya komplikasi. Dokter akan meresepkan obat untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah dan Anda perlu melakukan pemeriksaan darah rutin untuk memantau efek samping obat tersebut.

Gaya Hidup yang Perlu Diubah

Gaya hidup yang sehat penting untuk dilakukan baik sebelum maupun setelah adanya prosedur pemasangan LVAD, seperti:

  • Berhenti merokok
  • Mengonsumsi makanan yang sehat, seperti buah, sayur, makanan rendah lemak, rendah garam dan rendah gula
  • Berhenti mengonsumsi alkohol
  • Tidak mengonsumsi obat-obatan terlarang
  • Berolahraga secara teratur, konsultasikan dengan tenaga ahli porsi yang tepat untuk jantung Anda

Pertanyaan Umum Seputar LVAD

Berapa Lama Prosedur Ini Dilakukan?

Pemasangan LVAD merupakan prosedur operasi jantung terbuka, yang berarti memerlukan waktu beberapa jam dalam pelaksanaannya. Biasanya, prosedur ini memakan waktu 3-6 jam dari awal hingga LVAD selesai terpasang.

Kapan Saya Harus Menghubungi Dokter ?

Segera hubungi dokter bila Anda merasakan gejala berikut setelah pemasangan LVAD:

  • Aritmia (irama jantung tidak teratur)
  • Rasa berdebar
  • Infeksi pada luka sayat
  • Disfungsi atau kegagalan alat pompa

Anda dapat menghubungi OperasiJantung.id di nomor Whatsapp 0877-8777-8614 untuk konsultasi gratis mengenai pemasangan LVAD di dalam maupun luar negeri. Dapatkan rekomendasi rumah sakit dan dokter, perhitungan estimasi biaya, hingga pengaturan janji temu dan akomodasi.

Sumber:

  1. Left Ventricular Assist Device (LVAD) | Johns Hopkins Medicine. https://www.hopkinsmedicine.org/health/treatment-tests-and-therapies/left-ventricular-assist-device. Diakses 1 November 2022.
  2. Ventricular assist device (VAD) – Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/ventricular-assist-device/about/pac-20384529. Diakses 1 November 2022.
  3. Left Ventricular Assist Device (LVAD). https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/17192-left-ventricular-assist-devices-mechanical-circulatory-support-mcs. Diakses 1 November 2022.

(Artikel ini telah direview oleh dr. Albert Novianto, Care Pro dan Dokter Umum di Kavacare)

Transplantasi Jantung

Transplantasi Jantung

Apa Itu Transplantasi Jantung?

Transplantasi jantung adalah penggantian jantung seseorang yang sakit atau rusak dengan jantung yang sehat dari pendonor. Pendonor adalah seseorang yang baru saja meninggal dan keluarganya telah memberikan persetujuan untuk mendonorkan organ kerabat mereka. Transplantasi jantung biasanya dilakukan pada pasien yang kondisinya tidak membaik setelah melakukan pengobatan dan prosedur bedah yang lain.

Kapan Transplantasi Jantung Dibutuhkan?

Kriteria dan Manfaat

Transplantasi jantung menjadi pertimbangan langkah yang bisa diambil ketika kondisi gagal jantung seseorang sudah amat serius sampai-sampai tidak bereaksi apa pun terhadap terapi yang diberikan. Meski begitu, kondisi kesehatan pasien tersebut secara umum harus tergolong baik untuk bisa melakukan prosedur ini.

Kondisi gagal jantung yang memungkinkan untuk dilakukannya transplantasi jantung biasanya disebabkan oleh:

  • Kardiomiopati (kondisi otot jantung yang melemah).
  • Penyakit jantung koroner.
  • Penyakit jantung bawaan/kongenital.
  • Penyakit katup jantung.
  • Aritmia ventrikular yang tidak dikontrol oleh penanganan lain.
  • Kegagalan transplantasi jantung sebelumnya.

Siapa Saja yang Membutuhkan?

Tidak semua orang bisa mendapatkan penanganan ini. Kriteria pasien yang bisa mendapatkan transplantasi jantung, antara lain:

  • Telah mencoba semua terapi pengobatan jantung yang lain.
  • Memiliki kemungkinan untuk mati dalam waktu beberapa tahun, bila tidak mendapatkan prosedur ini.
  • Secara umum memiliki kondisi kesehatan yang baik, di luar masalah jantung dan paru-paru.
  • Sanggup mengubah gaya hidup, termasuk perawatan obat yang kompleks dan pemeriksaan yang sering setelah melakukan transplantasi jantung.

Sebelum Transplantasi Jantung: Persiapan

Risiko

Transplantasi jantung merupakan prosedur yang kompleks dan riskan. Selain perdarahan, infeksi, dan penggumpalan darah, komplikasi dan risiko dari prosedur ini, yaitu:

  • Penolakan organ, di mana sistem kekebalan tubuh menyerang jantung donor karena menganggapnya sebagai benda asing.
  • Kegagalan transplantasi, ketika jantung donor tidak dapat berfungsi.
  • Masalah pada pembuluh arteri, yang mungkin menebal dan mengeras setelah transplantasi, sehingga aliran darah tidak dapat mengalir dengan lancar.
  • Efek samping obat imunosupresan, yang dapat mengakibatkan kerusakan serius pada ginjal.
  • Kanker kulit dan limfoma non-Hodgkin, yang disebabkan oleh konsumsi obat imunosupresan.

Persiapan

Untuk mengetahui apakah seseorang memenuhi syarat melakukan prosedur ini, tim transplantasi akan meninjau evaluasi calon kandidat*. Proses evaluasi transplantasi jantung ini, antara lain:

  • Evaluasi psikologis dan sosial, seperti stres, masalah finansial, dan dukungan dari keluarga atau orang-orang terdekat.
  • Tes darah, untuk membantu pencarian pendonor yang sesuai dan meningkatkan kemungkinan agar jantung donor tidak mengalami penolakan.
  • Tes diagnostik, untuk memeriksa kesehatan paru-paru dan kesehatan calon kandidat secara keseluruhan, seperti sinar-X, USG, CT scan, tes fungsi paru/pulmonary function test (PFTs), dan pemeriksaan gigi. Wanita mungkin diminta untuk melakukan tes pap, evaluasi ginekologi, dan mammogram.
  • Persiapan lain, seperti mendapatkan beberapa suntikan vaksin untuk mengurangi risiko infeksi.

Setelah terpilih menjadi kandidat untuk menerima transplantasi jantung, pasien masih harus masuk ke dalam daftar tunggu. Masa tunggu bisa cukup lama, karena orang yang membutuhkan jantung lebih banyak dibandingkan pendonor. Bila dalam masa tunggu keadaan jantung memburuk, dokter mungkin menganjurkan pasien untuk melakukan prosedur pemasangan ventricular assist device (VAD) yang dapat membantu kinerja jantung selagi menunggu jantung donor.

Saat Transplantasi Jantung: Prosedur

Tahap-tahap Pelaksanaan Transplantasi Jantung

Secara umum, langkah pelaksanaan prosedur transplantasi jantung adalah sebagai berikut.

  • Anda akan diberi obat bius supaya dapat tertidur lelap.
  • Ventilator akan dipasangkan pada mulut Anda untuk membantu pernapasan.
  • Suhu tubuh akan diturunkan hingga sekitar 28°, untuk memperlambat kinerja sel dan mencegah kerusakan karena darah berhenti mengalir beberapa kali pada saat prosedur.
  • Dokter akan memperhatikan detak jantung, tekanan darah, dan kadar oksigen dalam darah selama prosedur.
  • Setelah membersihkan dada Anda, dokter akan membuat sayatan panjang di tengah-tengah dada, dari bawah leher hingga atas pusar.
  • Dokter akan memotong tulang dada menjadi dua dan dibuka lebar agar dapat menjangkau jantung Anda.
  • Dokter akan memasang mesin jantung dan paru-paru, agar darah tetap mengalir ke seluruh tubuh selama prosedur sementara jantung berhenti dan diangkat untuk diganti dengan jantung donor.
  • Pembuluh darah utama pada jantung Anda dijepit dan diputuskan dari jantung, proses ini disebut kardiektomi dan dokter mengangkat jantung Anda yang sakit.
  • Jantung donor dipasang dan dijahit secara hati-hati untuk menggantikan jantung Anda yang telah diangkat.
  • Setelah selesai dipasang, aliran darah dari mesin bypass dikembalikan ke jantung dan dokter akan melepas alat tersebut dari dada Anda.
  • Dokter akan mengejutkan jantung agar kembali berdetak dan memperhatikan bagaimana jantung donor bekerja serta memastikan supaya tidak ada kebocoran.
  • Sebuah kabel mungkin akan dipasangkan pada alat pacu jantung di luar tubuh untuk sementara waktu, bila jantung memerlukan alat pacu selama masa pemulihan.
  • Dokter akan merekatkan kembali tulang dada Anda dan menutup luka saya pada kulit dengan jahitan.
  • Selang akan dipasang pada dada untuk mengeringkan darah dan cairan dari sekitar jantung.
  • Perban steril akan dipasang pada luka sayat yang telah dijahit.

Setelah Transplantasi Jantung: Apa yang Harus Dilakukan?

Perawatan

Setelah pembedahan, Anda akan dipindahkan ke ruang intensive care unit (ICU) selama beberapa hari agar dokter dapat memantau perkembangan kondisi Anda secara intens. Setelahnya, Anda akan dipindahkan ke kamar rawat. Anda mungkin harus rawat inap di rumah sakit selama 1-3 minggu, tergantung pada kondisi Anda.

Untuk mencegah terjadinya penolakan transplantasi, Anda diharuskan mengonsumsi obat imunosupresan. Dokter akan meninjau apakah terjadi penolakan terhadap jantung donor, dengan cara rutin melakukan pengambilan sampel jaringan jantung donor (biopsi). Bila pada biopsi ditemukan kerusakan sel, jenis dan dosis imunosupresan mungkin akan diganti. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan setiap minggu pada 3-6 minggu pertama setelah operasi, kemudian setiap 3 bulan sekali pada tahun pertama, dan setelahnya setahun sekali.

Gaya Hidup yang Perlu Diubah

Anda harus melakukan banyak penyesuaian setelah melakukan transplantasi jantung, seperti:

  • Rutin mengonsumsi obat imunosupresan selama hidup Anda.
  • Tetap aktif bergerak dan berolahraga, dianjurkan supaya Anda mengikuti program rehabilitasi jantung.
  • Menerapkan pola makan yang sehat, yaitu mengurangi lemak jenuh dan lemak trans, perbanyak konsumsi buah dan sayur, konsumsi lebih banyak makanan berserat, ganti protein hewani dengan protein nabati, perbanyak konsumsi gandum utuh, kurangi makanan dan minuman manis, pilih produk susu rendah atau tanpa lemak.
  • Berhenti merokok dan kurangi konsumsi alkohol.
  • Konsultasikan pada dokter bila Anda sedang mencoba program kehamilan. Bila tidak, konsultasikan obat yang Anda konsumsi sebagai kontrasepsi, apakah berpengaruh pada imunosupresan atau tidak.
  • Anda tidak diperbolehkan untuk menyetir paling tidak 1-3 bulan setelah operasi.
  • Kebanyakan orang dapat kembali bekerja setelah 6 bulan, sedangkan anak-anak dapat kembali ke sekolah setelah 2-3 bulan.
  • Sebaiknya jangan bepergian jauh sebelum pemeriksaan rutin selama setahun selesai.

Pertanyaan Umum Seputar Transplantasi Jantung

Berapa Lama Prosedur Ini Dilakukan?

Transplantasi jantung merupakan prosedur yang rumit dan memerlukan waktu cukup lama dalam pelaksanaannya, mulai dari 4 hingga 10 jam.

Berapa Biaya yang Diperlukan untuk Melakukan Transplantasi Jantung?

Karena prosesnya yang rumit, sulitnya pengadaan organ yang cocok, lamanya persiapan atau masa tunggu, sampai risiko yang amat tinggi, biaya transplantasi jantung tidaklah sedikit. Kebanyakan pasien dalam negeri berobat ke luar negeri untuk melakukan prosedur ini karena masih terbatasnya fasilitas yang tersedia di Indonesia. Membutuhkan biaya minimal USD 180,000 atau Rp2,8 milyar untuk dapat melakukan prosedur ini di Turki dan USD 100,000 atau sekitar Rp1,6 milyar di India.

Kapan Saya Harus Menghubungi Dokter?

Segera hubungi dokter bila Anda mengalami hal-hal seperti:

  • Demam, kedinginan, atau keduanya.
  • Kemerahan, pembengkakan, perdarahan, atau kebocoran pada luka sayat.
  • Rasa sakit yang bertambah nyeri pada luka sayat.
  • Kesulitan bernapas.
  • Lelah berlebihan.
  • Tekanan darah rendah.
  • Tulang dada bergeser atau menyebabkan suara atau terasa seperti patah saat Anda bergerak. 

Anda dapat menghubungi OperasiJantung.id di nomor Whatsapp 0877-8777-8614 untuk konsultasi gratis mengenai transplantasi jantung di dalam maupun luar negeri. Dapatkan rekomendasi rumah sakit dan dokter, perhitungan estimasi biaya, hingga pengaturan janji temu dan akomodasi.

Sumber:

  1. Heart Transplant | Johns Hopkins Medicine. https://www.hopkinsmedicine.org/health/treatment-tests-and-therapies/heart-transplant. Diakses pada 20 September 2022.
  2. Heart transplant – Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/heart-transplant/about/pac-20384750. Diakses pada 20 September 2022.
  3. Heart transplant – NHS. https://www.nhs.uk/conditions/heart-transplant/. Diakses pada 20 September 2022.
  4. Heart Transplant: Procedure Details and Outlook. https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/17087-heart-transplant. Diakses pada 20 September 2022.
  5. Heart Disease and Heart Transplants. https://www.webmd.com/heart-disease/transplantation-treatment. Diakses pada 20 September 2022.
  6. Heart Transplant: Costs, Doctors, and top Hospitals | MediGence. https://medigence.com/hospitals/transplants/heart-transplant. Diakses pada 9 Desember 2022.

(Artikel ini telah direview oleh dr. Eddy Wiria, PhD., Co-Founder & CEO Kavacare)

× Hubungi Via WhatsApp